Kamis, 01 Juli 2010

Ibarat Semut di Atas Dahan

“Hingga ketika mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut: “Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tiak menyadarinya” (QS. Annahl: 18)
Pertama kali, marilah kita ungkap mengapa Allah SWT menginspirasi kita untuk masuk ke sarang semut. Sebuah misteri Allah SWT memasukkan bangsa kecil yang bernama semut dalam Al Qur’an. Karena dari semutlah kita dapat belajar bagaimana dahsyatnya ukhuwah dan kerja sama. Allah SWT tidak hanya sekedar menciptakan semut begitu saja, banyak makna yang tersimpan dalam penciptaan semuta yang dapat kita petik hikmahnya.
Sebagaimana manusia, semut juga bekerja dan mencari makanan tidak hanya sekedar untuk dirinya sendiri. Mereka pun mencari makan melalui jalan yang berkelok-kelok, tetapi begitu mendapatkan makanan, mereka bisa menemukan jalan kembali untuk pulang. Makanan yang telah diperoleh dibawa kedalam “bungker”. Setelah itu mereka memakannya bersama-sama. Di dunia semut pun ada ratu, tentara, pekeja dan tidak ada semut yang pengangguran. Subhanallah. Satu hal lagi semut selalu berjalan bersama-sama dalam barisan, jarang ada semut yang keluar dari jalurnya. Setiap kali mereka berpapasan mereka kerap kali berciuman. Memang itulah salah satu teknik berkomunikasi mereka. Ketika dua ekor semut berpapasan mereka saling menyentuh antena, dan itulah cara mereka memberi tahukan tempat sumber makanan. Subhanallah.
Melihat kenyataan tersebut, kita harusnya sadar bahwa kita mempunyai kemampuan lebih daripada semut. Dalam hal ukhuwah mereka yang perlu kita jadikan sebuah pelajaran bahwa kita hidup di dunia ini tidaklah sendirian. Kita adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Semut pun yang hanya seekor binatang yang kecil, mereka mempunyai ukhuwah yang luar biasa terhadap sesamanya.
Sebagaimana ukhuwah adalah sebuah ikatan persaudaraan yang harus senantiasa kita jaga. Ukhuwah ibarat dalam satu tubuh, apabila salah satu tubuh luka, maka tubuh yang lain pun ikut merasakan sakit. Begitu seharunya ukhuwah dalam Islam.
“Orang-orang Muslim itu ibarat satu tubuh; apabila matanya marasa sakit, seluruh tubuh ikut merasa sakit; jika kepalanya merasa sakit, seluruh tubuh ikut pula merasakan sakit.” (HR Muslim)
Persaudaraan kadang seperti tingkah dahan-dahan yang ditiup angin. Kalau satu pohon, tak selamanya gerak dahan seiring sejalan. Adakalanya seirama, tapi tak jarang berbenturan. Tergantung mana yang lebih kuat: keserasian batang dahan atau tiupan angin yang tak beraturan. Indahnya persaudaraan. Sebuah anugerah Allah yang teramat mahal buat mereka yang terikat dalam keimanan. Segala kebaikan pun terlahir bersama persaudaraan. Ada tolong-menolong, terbentuknya sebuah kemenangan. Namun, dalam kehidupan nyata kadang tak seindah idealita. Ada saja khilaf, salah paham, friksi, yang membuat jalan persaudaraan tidak semulus jalan tol. Ketidakharmonisan pun terjadi. Kebencian terhadap sesama saudara pun tak terhindarkan.
Ukhuwah dalam Islam memperkuat ikatan antara orang-orang Muslim dan menjadikan mereka satu bangunan yang kokoh. “Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai dan berkasih sayang adalah ibarat satu tubuh; apabila satu organnya merasa sakit, maka seluruh tubuh akan sulit tidur dan merasa demam.” (HR Muslim). Dan dengan bangunan yang kokoh tersebut kita akan meraih indahnya kemenangan.
Seperti semut yang senantiasa bekerja sama, ibarat dalam satu tubuh yang senantiasa senasib sepenanggungan, dan kadang seperti tingkah dahan-dahan yang ditiup angin. Kalau satu pohon, tak selamanya gerak dahan seiring sejalan. Namun itu semua adalah tantangan bagi umat muslim untuk selalu menjaga persadaraan, menjaga ukhuwah. Dan kelak akan kita temukan sebuah kemenangan yang hakiki.
Terima kasih.