Rabu, 18 Mei 2011

MAWAR UNTUK IBU

Seorang pria berhenti di sebuah toko bunga untuk memesan seikat karangan bunga yang akan dipaketkan pada sang Ibu yang tinggal sejauh 250 km darinya. Begitu keluar dari mobilnya ia melihat seorang gadis kecil berdiri di trotoar sambil menangis tersedu-sedu. Pria itu menanyainya kenapa dan dijawabnya oleh gadis kecil itu, “Saya ingin membeli setangkai mawar merah untuk Ibu saya. Tapi saya Cuma punya uang lima ratus saja, sedangkan harga bunga mawar itu seribu.”

Pria itu tersenyum dan berkata, “Ayo ikut, aku akan membelikanmu bunga mawar untuk Ibumu.” Kemudian ia membelikan gadis kecil itu setangkai mawar merah, sekaligus memesankan karangan bunga untuk dikirimkan kepada Ibunya.

Ketika selesai dan hendak pulang, ia menawarkan diri untuk mengantar gadis kecil itu untuk pulang kerumahnya. Gadis kecil itu melonjak gembira, katanya, “Ya tentu saja. Maukah kau mengantarku ke tempat Ibu saya?”

Kemudian mereka berdua menuju ke tempat yang ditunjuk gadis kecil itu, yaitu pemakaman umum, dimana lalu gadis itu meletakkan bunganya pada sebuah kuburan yang masih basah.

Melihat hal itu, hati pria itu trenyuh dan teringat sesuatu. Bergegas ia kemudian menuju ke took bunga tadi dan membatalkan kirimannya. Ia mengambil karangan bunga yang dipesannya dan mengendarai sendiri kendaraannya sejauh 250 km menuju rumah Ibunya.

(Dikutip dari Motivasi Net Ir. Andi Marzuki, SH, MT)

>sebuah kisah inspiratif tentang betapa berharganya seorang Ibu, betapa berjasanya seorang Ibu yang melahirkan kita ke dunia ini. Tanpanya kita bukanlah apa-apa. Untuk itu selama Ibu kita masih ada di dunia ini dan senantiasa setia membimbing, mengasuh, menyayangi kita, marilah senantiasa berbakti kepadanya. Di dunia ini memang ada MANTAN ISTRI/SUAMI tapitidak ada MANTAN IBU!!!

IBU, kami begitu menyayangimu…



Ia yang Menginspirasi, Menjadi Cahaya

Sebuah inspirasi datang tiba-tiba saat titik ekstrim itu mendera. Saya pikir banyak hal harus saya capai dan tuju, karena banyak nikmat dan kasih sayang yang Allah SWT berikan pada saya, membuat saya harus selalu melakukan hal yang terbaik untuk mereka. Sangat beruntung, Allah SWT mengirimkan mereka disisiku, sebagian dari nikmatNya. Betapa tidak, mereka didatangkan pada saat yang sangat tepat. Malaikat-malaikat berwujud manusia, terima kasih Rabb...

Mereka adalah inspirator saya, yang selalu menghiasi setiap senyum yang terlukis dibibir saya, yang selalu menerangi hari-hari saya, yang selalu menjadi alasan bagi saya untuk terus semangat. Tidak banyak hal yang bisa saya lakukan dan berikan untuk membalas semua kebaikan mereka, hanya sebuah ungkapan terimakasih lewat catatan ini.

Beberapa dari Mereka adalah:

Mba UMI HANI, seorang Mutiara hati yang selalu tahu keadaan saya, wanita yang sangat bijak. Beliau datang ketika saya membutuhkannya tanpa diminta, bijaksana dan lemah lembut, tapi tangguh. Ingin bisa seperti beliau, menentramkan setiap hati yang berada disampingnya. Terimakasih mba Hani, yang selalu menyemangati saat saya sedang futur. Terimakasih atas semua inspirasinya... ^_^d

Mas IMAM PURNAMA, hehe.. seorang kakak yang sangat baik dan bijaksana. Ternyata saya merasakan punya kakak, banyak kakak. Beliau selalu tahu keadaan adik-adiknya. Begitu luar biasa cara beliau menjalin ukhuwah, inspiratif & pengayom. Banyak inspirasi yang saya dapatkan dari beliau. Yang pasti, saya sering melihat beliau selalu tersenyum pada siapapun, ramah. Terimakasih mas Pur, telah menginspirasi saya. Banyak hal yang masih harus saya pelajari dari beliau, terimaksih pak Guru. Terimakasih kang Imam... ^_^d

Mba ANA SHOFIANI, beliau yang selalu tampil seperti adanya mba Ana, yang cerdas dan luar biasa. Banyak pula inspirasi yang saya dapat dari mba Ana. Beliau yang ramah dan penyayang, terbatas menjadi teratas. Terimakasih mba Ana telah menginspirasi saya. Banyak hal yang harus saya pelajari dari mba Ana... ^_^d

Teh YAYI, hehe... Sheila Gank.. I Luv U teh.. banyak inspirasi yang saya dapat dari teteh. Merawat saya saat saya sakit, penyayang dan perhatian. Teman sekamar pertama saya yang luar biasa. Selalu mendengar cerita-cerita saya, tentang Bapak dan Ibu.. hehe. Yang memeluk saya saat menangis.. terima kasih teh Yayi.. Semoga cepet ketemu pak Dokternya.. ^_^d

Mba TITIN, beliau yang luar biasa. Jarang melihatnya marah, selalu menjadi teman konsultasi walaupun gratisan. Hehe.. problem solver yang selalu memunculkan ide-ide cemerlang. Tidak pernah melihat beliau meneteskan air mata, tangguh. Terima kasih mba Titin, selalu setia mendengarkan ocehan saya tentang kampus yang (xxx). Hehe.. ^_^d

Mba PUPUT, Sang murobbi. Yang senantiasa mengingatkan saya saat alpha. beliau begitu luar biasa. Bijaksana dan lembut, tapi teguh dalam prinsip. Semoga masih bisa menimba ilmu dari beliau. Terimakasih mba Puput.. ^_^d

Mba LATIFAH, tangguh. Beliau sangat inspiratif, kritis dan keren. Akhwat maskulin, hehe Peace. Beliau pun selalu memberikan arahan dalam setiap keputusan yang akan saya ambil. Terimakasih mba Latifah, yang selalu mau saya repotkan dengan omelan saya. ^_^d

Mas ISNA IRAWAN, Komandan saya. Guru yang bijak, yang selalu menginspirasi saya, membimbing dan mendidik saya, menjadi Jenderal. Hehe. Banyak hal yang harus saya pelajari dari beliau. Semoga masih bisa menimba ilmu dari beliau. Terimakasih Komandan PSDM ^_^d

HANIK HANDAYANI, my best friend. Powerfull girl. Cubby yang cantik. kembaran saya, beda bapak dan Ibu, beda pula berat badan, hehe. Ia yang selalu setia menemani saya, teman seperjuangan dalam kehidupan hijau dan coklat. Ia selalu sabar menghadapi bawelnya diri saya, innocent nya diri saya. Strugle. Ia yang mengajarkan saya untuk menjadi sosok yang kholeris, walau hasilnya belum kesampaian, paling tidak ia telah membuat saya menjadi orang yang sedikit tegas. Terimakasih hanik, you are good person, my best friend. ^_^

NURUL ARIFAH, perempuan yang mendambakan bagai Khatijah. My best friend. teman diskusi yg tak pernah bosan mendengar ocehanku. Saya memanggilnya Mas Arif. Teman seperjuangan yang selalu setia mendengarkan keluh kesah saya, yang selau setia mendampingi saya. Ia begitu cantik, baik dan sholehah. Ia sangat menginspirasi saya, bagaimana ia mengahadapi hidup. Terimakasih Mas Arif, terimakasih Lull, saya selalu merepotkan dirimu.. ^_^

IIN JAYANI, Mas Jaya saya memanggilnya dalam catatan saya (The Golden Generation: Mas Jaya, Mas Pram, Mas Arif, Mas Riski, Mas Adnan). Banyak inspirasi yang saya dapat darinya. Ia yang selau ceria dimanapun ia berada, betapa indah dunia ini baginya. Jarang melihatnya murung, yang ada hanyalah senyuman inspiratif. Teman yang luar biasa. Terimakasih mas Jaya telah menginsprasi saya...^_^d

VERRA OKTI P, ia menyebut dirinya Syaza Lintang Dalu. Seorang penulis (terkenal, amin). Ia menginspirasi saya, bagaimana ia menggapai mimpi-mimpinya. Ia yang teguh dalam memegang prinsip. Ia yang selalu mengerti keadaan saya. Terimakasih Verra,. ^_^d

NUR ARIFAH, teman yang melankolis, tapi baik. Ia yang setia memeluk saya saat saya sedih, tapi saya janji tidak akan bersedih hati lagi. hehe. Menginspirasi, ketenangannya. Banyak hal yang kudapat dari ia. Sangat senang saat ia mempercayaiku untuk menjadi teman berbaginya... terimakasih Ipeh... ^_^d

SITI MUTMAINAH, Teman yg lemah lembut seperti namanya, selalu menginspirasi dengan ketegarannya mengalahkan sakit dalam dirinya. banyak hal yang kudapat darinya. terimakasih mba Inah, terimakasih Muti... ^_^

RAHMA RIZKIANI, tunangan saya, mas Riski saya memanggilnya. Teman yang luar biasa, lugas dan tegas. Tangguhnya ia menjadi inspirasi saya. Terimakasih mas Riski.. ^_^d

Hmm, banyak lagi orang-orang yang menginspirasi saya, namun belum semuanya bisa tersuratkan disini, semoga dilain kesempatan saya bisa menuliskan semua orang yang menginspirasi saya. Mohon maaf belum tersebutkan semua. Semoga selalu tersebut dalam setiap doa-doaku untuk kalian. Terimakasih semuanya, terima kasih. I'm nothing without you...

Dan, maafkan segala alpha yang telah saya perbuat, baik itu yang saya sengaja ataupun tidak. Semoga Allah SWT mangampuni dosa-dosa kita semua.



mohon maaf apabila ada kesamaan tokoh dan karakter, disengaja...^_^)

Rabu, 11 Mei 2011

Secuil Kisah Si Pemimpi(n)

Kala Ridho Illahi Tergantung Ridho Orang Tua, Aku Disini

Sekarang ketika saya berkaca, tidak pernah terbayangkan sebelumnya akan menjadi seperti sekarang ini. Berada dilingkungan orang-orang sholeh dan saling mengingatkan. Sebuah anugerah yang tak dapat terukur kala Allah SWT memberikan semua kenikmatan ini. Walaupun belum mencapai suatu puncak, tetapi inilah langkah-langkah kecil yang nantinya akan menjadi ribuan langkah yang lebih bermakna. Menjadi seorang wanita pelopor dalam bidang sosial entrepreneur adalah impian saya.
Dilahirkan dari seorang wanita yang luar biasa dan pria perkasa. Seorang wanita yang hidup di desa dengan segala keterbatasan, dengan kerja keras menjadi buruh tani yang tidak mengenyam pendidikan SR hingga lulus. Hingga kemudian dipertemukan dengan seorang pria yang memiliki latar belakang yang suram, mantan pemabuk dan perokok berat, mereka dipertemukan dalam sebuah ikatan yang membawa keberkahan. Bapak, berubah sikapnya semenjak menikah dengan Ibu, meninggalkan segala aktivitas jahiliyahnya, termasuk meninggalkan ilmu hitam yang diturunkan dari kakek.
Dengan perjuangan yang luar biasa, bapak dan ibu memulai hidup dikota rantau, ibukota. Kejamnya Ibukota membuat bapak harus kerja lebih keras, hingga mendapatkan kepercayaan dari seorang pengusaha percetakan menjadi tukang potong kertas. Pekerjaan yang tidak ringan, akan tetapi membawa pada sebuah kemapanan, kecukupan, walaupun itu relatif. Setelah sekian lama bapak dan ibu menjalin rumah tangga baru beberapa tahun dikaruniai seorang putri, akan tetapi janin yang dikandung ibu, meninggal dunia akibat kecelakaan saat ibu sedang menanam padi di sawah. Sungguh tragis. Hingga selang lima tahun kemudian mereka dikaruniai seorang putri. Bapak dan ibu memberi nama putrinya seperti nama ustadzah yang mengisi sebuah pengajian di radio, sampai sekarang gadis tersebut akrab dipanggil Yendy, Siti Aminah Yendy. Dengan harapan putri pertama anak kedua ini dapat menjadi orang yang benar-benar menjaga dan menjalankan amanah dimanapun ia berada, menjadi orang yang dapat bermanfaat bagi sesama.
Berawal menjadi seorang tukang potong di sebuah percetakan, bapak mengawali karirnya, menjadi karyawan teladan dan tangan kanan Bos. Dari situlah titik ekonomi keluarga kami beranjak dan tumbuh. Bapak dan Ibu membangun sebuah rumah yang sederhana dikampung halaman. Dan kemudian kami pindah ke kampung halaman. Berlanjut hingga saya duduk di bangku Sekolah Dasar kemudian dikaruniai seorang adik laki-laki bernama Abdullah Ibnu Pramono. Semasa bapak masih bekerja di percetakan, segala kebutuhan sehari-hari masih dapat terpenuhi. Hingga pada tahun 1998 terjadi krisis moneter yang membuat bapak di PHK dari percertakan tersebut. Kondisi berubah drastis, ekonomi kami semakin melamah. Ditambah dengan bapak yang belum mendapatkan pekerjaan kembali, hanya menjadi buruh bangunan panggilan yang notabene bapak kurang begitu menguasai bidang-bidang seperti itu. Kalau tidak ada proyek, maka tidak ada uang hari itu. Akan tetapi Ibu bekerja menjadi seorang penjaga toko kelontong yang hanya buka dua kali dalam seminggu dengan gaji yang sangat sedikit.
Hari berganti, kondisi ekonomi keluarga tak kunjung membaik, malah sebaliknya. Hingga sempat terjadi konflik internal keluarga antara bapak dan ibu. Kemudian bapak memutuskan untuk kembali mengadu nasib di Jakarta, dengan menjual mainan anak-anak, yang dijual keliling dengan dipikul mengitari kota Jakarta. Demikian bapak menjalani profesinya itu hingga sekarang. Tubuhnya yang semakin renta, masih saja berjuang mencari nafkah demi keluarga tercinta. Tanpa lelah, yang ada hanyalah Lillah, demi istri dan anak-anaknya. Bapak adalah seorang ayah yang tidak pernah marah, murah senyum dalam keadaan sulit sekalipun, seorang ayah dan suami yang sangat penyayang, dan bijaksana. Menjadi motivator dalam hidup saya. Keyakinannya pada Allah SWT yang membuat beliau bertahan, “ Yakinlah pada Allah, serahkanlah semua padaNya” itulah kata-kata Bapak yang senantiasa menjadi motivasi dalam setiap langkah saya. Suaranya yang begitu menentramkan dan kata-kata yang senantiasa menguatkan dikala sempat maupun lapang.
Pepatah mengatakan, dibalik pemimpin yang hebat terdapat dukungan dari seorang istri. Begitu pula denga Ibu saya, yang senantiasa mendukung dan menjadi penyemangat bapak, dikala duka maupun suka. Beliau adalah seorang wanita yang keras namun lembut hatinya. Beliau sejak kecil dididik menjadi seorang pekerja keras yang menerapkan nilai-nilai disiplin dalam hidup. Saat beliau masih muda, menjadi buruh tani, memanen padi yang dalam istilah jawa “derep”. Beliau saat ini menjadi buruh penjaga toko kelontong yang buka dua kali seminggu dengan gaji yang sedikit dan buruh kasar panggilan di seorang tengkulak jamu. Lilitan hutang yang mengharuskan bapak dan ibu bekerja keras demi membayar hutang-hutang dan bunga bank yang bagai mencekik leher.
Dengan berbagai kondisi itu tidak menyurutkan langkah bapak dan ibu untuk menyekolahkan anak-anaknya setinggi-tingginya, mendidik anak-anaknya dalam lingkungan yang Islami. Hingga sekarang tidak pernah terbayang sebelumnya, anak seorang pedagang mainan dapat kuliah di perguruan tinggi terkemuka di Indonesia. bagi saya itu adalah anugerah yang luar biasa, sebagai balasan dari Allah atas perjuangan Bapak dan ibu.
Kehidupan masa kecil saya yang begitu menorehkan banyak cerita. Seorang gadis kecil yang atraktif dan nakal. Saat duduk di Taman Kanak-kanak saya terkenal sebagai seorang murid yang sangat nakal dan jail, sering membuat teman dekat saya menangis karena kejailan saya, sering meminta uang atau biasa disebut malak teman-teman bahkan guru TK saya. Akan tetapi kenakalan itu diimbangi dengan prestasi-prestasi yang mengikuti kenakalan saya. Sewaktu SD saya dikenal sebagai anak yang pemberani dan sering mendapat peringkat 3 besar di kelas. Selain itu juga sering mengikuti kompetisi lomba cerdas cermat, lomba hafalan, lomba tilawah dsb. Walaupun dikenal nakal tetapi saya adalah anak yang rajin mengaji.
Kenakalan saya membuat Ibu mendidik saya dengan cara yang keras, hingga sempat membenci ibu karena sikapnya yang sangat tegas terhadap saya. Seorang gadis kecil yang klayapan hingga melebihi maghrib, bagaimana tidak membuat seorang ibu geram. Pernah juga saya digosipkan hilang, karena saya main tanpa pamit. Saat itu bertepatan dengan seratus harinya almarhum nenek buyut saya, dugaan-dugaan muncul ketika saya tidak ditemukan keberadaannya. Banyak yang mengira saya dibawa nenek buyut saya yang telah meninggal dunia, ada yang mengira saya dibawa kekuburan nenek buyut saya. Begitulah pemikiran orang-orang yang masih kental dengan budaya jawa yang teramat ekstrim. Hingga berita hilangnya saya menyebar kepada warga desa, bapak, ibu, dan paman-paman saya mencari saya mengelilingi desa, mencari keberadaan saya. Pengumunan melalui speaker di masjid pun dilakukan, begitu menghebohkan ketika saya ditemukan dalam keadaan yang sehat wal afiat dengan senyuman tak bersalah di rumah tetangga saya yang tidak begitu jauh dari rumah saya. Seketika itu, ibu saya menangis sejadi-jadinya. Rumah saya dikerumuni banyak orang yang ingin mengetahui keadaan saya, yang sehat wal afiat. Semenjak itu, kenakalan saya mulai mereda, karena saya tidak ingin melihat Ibu saya menangis lagi.
Semasa saya duduk di bangku SMP N 1 Slogohimo, saya mulai mengubah sikap menjadi anak yang cukup pendiam. Menjadi seorang anak yang rajin, hingga saya selalu mendapat peringkat pertama sepanjang kelas satu hingga kelas tiga. Kala itu, saya adalah salah satu dari sekian siswa yang menyukai kegiatan ekstrakulikuler di sekolah saya. Mulai dari pramuka hingga OSIS, hingga kemudian saya dipilih menjadi ketua II OSIS SMP N 1 Slogohimo.
Beranjak menuju SMA, saya adalah orang yang nekat, apa yang saya inginkan apabila itu benar, maka saya harus mendapatkannya. Suatu ketika saya dimarahi oleh ibu saya hanya karena masalah sepele, saat itu saya ingin melanjutkan sekolah di kabupaten kota, tepatnya di SMA N 2 Wonogiri. Dengan alasan agar saya tidak sering bertemu ibu saya, yang sering memarahi saya. Kala itu saya menyalahartikan kemarahan ibu kepada saya. Hingga saya memutuskan untuk sekolah jauh dari rumah. Kenekatan saya itu sangat tidak didukung oleh ibu saya, beliau adalah orang pertama yang melarang saya untuk sekolah jauh dari rumah. Bapak pun meragukan keinginan saya, hingga saya meyakinkan kedua orang tua saya bahwa apabila saya di sekolahkan jauh dari rumah, saya tidak dikuliahkan juga tidak apa-apa. Saat itu emosi saya sedang labil, kenakalan kumat, dan tidak berfikir panjang. Betapa bodohnya saya kala itu tidak memikirkan bagaimana sulitnya bapak dan ibu mencari biaya untuk saya sekolah lagi, belu lagi harus membayar sewa kos yang tidak murah.
Akhirnya, bapak mengijinkan saya untuk melanjutkan ke jenjang SMA di kota dengan berbagai syarat dan konsekuensi yang harus saya lakukan. Dengan ijin Ibu saya, saya pun berangkat dan sekolah dikota walau dengan berat hati ibu meng-iya-kan. Saat itu biaya sekolah sangat mahal, karena sekolah saya merupakan sekolah rintisan bertaraf internasional, yang mengharuskan Bapak dan ibu bekerja lebih keras lagi untuk dapat membiayai sekolah saya. Konsekuensi yang harus saya terima adalah saya mendapat uang saku 25 ribu setiap minggunya, dengan bekal beras dari rumah dan harus cukup. Betapa saat itu saya merasa menjadi anak yang paling durhaka, karena memaksakan kehendak. Hingga saya memohon ampun kepada bapak dan ibu saya. Puji syukur Alhamdulillah, ibu merelakan saya dan berkata, “walaupun ibu harus buruh, yang penting kamu nisa sekolah, meraih impianmu. Jangan engkau bodoh seperti bapak dan ibumu.” Kata-kata itu yang kemudian membuat cambuk bagi saya. Betapa bodohnya saya, kala itu menganggap bahwa ibu memarahi saya karena ibu tidak suka. Tapi, saya salah besar, selama ini ibu memarahi saya supaya anaknya berada dalam jalan yang benar. Ternyata diam-diam ibu sangat mengkhawatirkan saya dibalik kerasnya beliau, tersimpan kelembutan dan kasih sayang yang luar biasa. Benar kata pepatah, kasih anak sepanjang galah, kasih ibu sepanjang jalan. Tak pernah terputus.
Semangat itulah yang membawa saya terus berjuang dalam hempitan ekonomi. Menjadi gadis yang dibilang sangat sederhana, bahkan culun. Akan tetapi tidak menyurutkan langkah saya, ketika itu saya sangat bersyukur masih dapat sekolah walau dalam kondisi seperti itu. Bekerja, ngelesin anak-anak kecil coba saya lakukan tanpa sepengetahuan bapak dan ibu. Aktif dibeberapa kegiatan di sekolah, walaupun tidak seaktif semasa SMP, karena kondisi tubuh yang mulai sakit-sakitan. Akan tetapi tidak menyurutkan saya untuk megikuti kegiatan kepramukaan, dan tercemplung di dunia kerohanian Islam (Rohis). Hingga saya diberi amanah menjadi ketua II GEMAIS SMA N 2 Wonogiri dan Bidang Teknik Kepramukaan di Ambalan Pangeran Diponegoro dan Raden Ajeng Kartini. Padatnya kegiatan dan pola makan anak kos yang membuat kondisi tubuh saya semakin lemah, sakit-sakitan. Opname di rumah sakit dulu adalah hal biasa, bahkan satu bulan sekali pasti berobat. Seringnya mengonsumsi obat-obatan tidak membuat saya semakin sehat, malah semakin ketergantungan terhadap obat-obatan. Karena kondisi kesehatan yang seperti itu, membuat prestasi saya menurun, walau masih masuk 10 besar, tetapi itu merupakan kemerosotan yang luar biasa bagi saya.
Kesukaan saya kepada acting, drama, dan broadcasting membuat saya masuk dalam dunia teater. Berawal dari mengikuti kompetisi teater hingga saya dapat membuat naskah teater dan menang. Itu merupakan hal yang ingin saya kembangkan, akan tetapi minat dan bakat saya terkikis oleh aktivitas-aktivitas lain yang mengharuskan seorang perempuan tidak diperkenankan mengumbar suara dan lain sebagainya. Aktif di kerohanian Islam yang merubah paradigma saya tentang arti hidup dan kehidupan. Bahwa hidup ini adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Hingga suatu ketika disebuah perkumpulan yang sering kami sebut dengan halaqah itu, saya mendapatkan sebuah pencerahan.
Sebuah informasi beasiswa yang mungkin tidak akan saya dapatkan di perkumpulan-perkumpulan ditempat lain. Kala itu, keinginan besar saya adalah dapat mengubah kondisi ekonomi keluarga saya, selain itu dapat mengubah diri saya menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain, walaupun saat itu belum tergambar, mau jadi apa saya. Dari seorang murobi, saya mendapatkan sebuah semangat, dari yang dulunya saya tidak punya impian, kemudian saya ditunjukkan kejalan ini. Beastudi Etos, sebuah beasiswa yang tidak hanya memberikan beasiswa, namun mendidik SDM yang berkualitas.
Allah menjawab doa-doa yang terselip waktu-waktu sempit itu, saya membawa kabar bahagia itu kepada bapak dan ibu saya. Bahagia memang, tetapi respon yang saya dapatkan dari ibu ketika saya mendapat formulir itu, beda. Beliau yang dulu mengijinkan saya hanya untuk sekolah sampai tingkat SMA, kaget ketika saya kembali nekat berkeinginan melanjutkan kuliah di ibukota provinsi. Berbagai alasan yang saya kemukakan kepada bapak dan ibu saya agar mengijinkan saya melanjutkan kuliah di Semarang. Berbagai alasan pula ibu saya menolak keinginan saya, hingga saya dicarikan pekerjaan, tawaran bekerja dibeberapa tempat pun hadir. Mulai dari menjadi penjaga toko, tenaga pengajar SD, admin koperasi, hingga guru PAUD. Tapi dengan halus, saya sampaikan kepada Ibu, untuk memberi kesempatan kepada saya agar saya mencoba mendaftar terlebih dahulu. Alasan kembali muncul, ibu sangat khawatir dengan kondisi kesehatan saya yang tak kunjung membaik, kala saya memderita maag akut dan gangguan ginjal.
Dengan tampilan fisik yang meyakinkan ibu, saya sudah sehat. Saya menunjukkan kepada ayah dan ibu bahwa saya sehat bukan karean obat, tetapi karena semangat yang ada dalam jiwa saya. Saya ingin kuliah. Dengan berat hati ibu dan bapak menijinkan saya untuk melanjutkan kuliah melalui beasiswa Etos. Perjuangan tidak hanya sampai disini, mencari persyaratan yang tidak mudah membuat semangat saya semakin terbakar. Saya mendaftar Beastudi Etos bersama ketiga teman saya. Akan tetapi hanya saya yang lolos SNMPTN waktu itu. Banyak tantangan yang datang di saat pilihan saya jatuh pada Fakultas Peternakan. Kakak sepupu saya yang sudah seperti kakak saya, yang awalnya sangat mendukung cita-cita saya untuk melanjutkan keperguruan tinggi, berbalik mengompori ibu agar saya tidak melanjutkan kuliah. Dengan alasan jurusan yang saya ambil tidak sesuai dengan perkembangan jaman.
Karena jiwa nekat saya, saya tetap menjelaskan kepada Ibu yang memang dari awal tidak setuju dengan niat saya. Hingga saya berfikir, dan teringat bahwa ridho Allah tergantung dengan ridho orang tua. Kemudian saya memutuskan untuk menyerahkan semuanya kepada Allah, saya meyakini bahwa apa yang akan ditunjukkan Allah kepada saya nanti adalah jalan yang terbaik. Semua keputusan saya serahkan kepada ibu saya, ketika itu satu minggu menjelang akhir pembayaran biaya registrasi. Dengan ridho Allah SWT, ibu mengijinkan saya mengambil pilihan saya dengan rela hati. Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah.
Tantangan tidak lepas sampai disitu saja, ketika tiga hari menjelang registrasi harus membayar uang registrasi sebesar Rp 3.840.000,00, saat itu kami tidak punya uang sebanyak itu. Saat itu bapak sedang berada di Jakarta, sehingga tidak bisa mencarikan pinjaman. Akhirnya dengan gigihnya Ibu mencari pinjaman kesana kemari, bahkan sempat mendapat cemoohan, orang miskin kok mau kuliah. Hingga kami mendapat pinjaman dari seorang dermawan, tetapi masih belum menutupi, kemudian dengan berat hati kami meminjam uang kepada takmir masjid. Berat rasanya, ketika meminjam uang umat.
Alhamdulillah, Allah SWT menunjukkan jalan yang seperti ini, betapa Allah sangat menyayangiku. Membersamaiku di lingkungan orang-orang sholeh. Diajarkan bagaimana bermimpi dan berkontribusi. Semoga cerita singkat ini menjadi awal perjuangan di masa mendatang yang lebih menantang, menuju ridho Illahi Rabbi. Wallahu alam bishowab...

Karena hidup adalah perjuangan, menuju ridho ALLAH SWT semata...

Satu Langkah Merapat, Seribu Langkah Mendekat

“Katakanlah jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu....” (QS. Al Imran : 31)
Sebuah ayat yang menggugah dan sarat akan makna, betapa Allah mencintai hambaNya, tanpa diminta. Betapa Allah SWT selalu memberikan nikmat yang tiada tara untuk hambaNya, tanpa diminta. Dan dijelaskan pula, barang siapa mencintai Allah SWT maka niscaya Allah SWT akan mengasihi dan mengampuni dosa-dosanya. Mencintai semuanya karena Allah SWT.
Menjadi pribadi yang lebih dekat dengan Allah, dengan iman dan taqwa yang kokoh. Menjalankan seluruh perintahnya dan menjauhi larangannya. Hal ini berujung pada kekuatan keyakinan kepada Allah SWT, yang akan mengantarkan pada kesuksesan dunia dan akhirat. Ketika ridho Allah SWT sudah ditangan, dengan doa dan ikhtiar yang maksimal maka kemudahan-kemudahan dan diikuti dengan keberhasilan akan senantiasa mengikuti kita semua.
Maka, jangan pernah lelah belajar rela kepada Allah, ketika masalah datang, ketika musibah menerpa hanya kepada Allah lah kita serahkan semuanya, rela. Akan tetapi, kesalahan yang seringkali kita perlihatkan ketika Allah SWT sedang menguji kita, adalah prasangka buruk bahwa kita adalah orang yang paling menderita. Dan itulah yang kemudian membuat kita untuk sulit menerima, berat untuk rela. Prasangka yang buruk kepada Allah SWT akan melahirkan tuduhan-tuduhan yang buruk kepadaNya, karena Allah sesuai dengan prasangka hambaNya. Padahal, boleh jadi cobaan yang kita terima belum seberapa dibanding cobaan yang dialami orang lain disekitar kita. Dan boleh jadi cobaan yang kita terima belum setimpal dengan kesalahan-kesalahan yang sering kita perbuat kepadaNya. Menyadari bahwa ada orang lain lebih menderita dari kita adalah salah satu jalan untuk selalu mengajarkan diri kita untuk megajari diri bagaimana bersikap rela kepada Allah SWT. Karena dengan melakukan itu, akan muncul rasa syukur dan menjadikan kita lebih dekat dengan Allah SWT. Menjadikan kita malu kepadaNya sehingga semua masalah dan cobaan yang menimpa senantiasa dipandang lebih ringan dan sehingga ada penerimaan serta keikhlasan.
Sebagai seorang hamba, hal yang wajib untuk kita lebih dekat dengan Allah, dengan menjalankan segala perintahnya yang bukan lagi menjadi suatu kewajiban, akan tetapi kebutuhan. Allah menciptakan jin dan manusia untuk beribadah kepada Allah. Ketika kita dekat dengan Allah maka Allah akan dekat pula dengan kita. Segala urusan apabila sudah mendapatkan ridho dariNya pastilah akan dimudahkan dan dilancarkan.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk kita bisa dekat dengan Allah. Tuhan, selangkah ku rapat padaMu, seribu langkah Kau rapat padaku. Adapun amalan-amalan yang menunjang untuk senantiasa dekat dengan Allah adalah dengan menjalankan segala perintahnya dan menjauhi larangannya, yang dikenal dalam bahasa yaitu taqwa. Dengan shalat wajib tepat waktu, shalat malam, berdzikir, tilawah, shalat sunnah yang lain, dsb.
Dan setiap orang mempunyai ukuran masing-masing apakah ia sudah dekat dengan Allah atau belum. Dengan dekat dengan Allah, setiap urusan yang kita lakukan akan senantiasa dimudahkan oleh Allah ketika itu adalah jalan kebenaran. Dapat dibedakan, antara orang yang sama-sama meraih impian, yang satu senantiasa mengingat Allah dan yang lain tidak, walaupun sama-sama dapat meraih, akan tetapi tampak perbedaan dari sikap, sifat dan mannernya dalam menghadapi tantangan yang datang. Menjadi pribadi yang dekat dengan Allah akan senantiasa percaya kepada setiap usaha yang dilakukan semata-mata meraih ridho Allah, dan setiap hasil yang didapatkan adalah yang terbaik dari Allah walaupun terkadang tak sesuai dengan kehendak kita. Akan tetapi tetap yakin bahwa itulah yang terbaik dari Allah untuk kita. Satu hal yang perlu kita ketahui bahwa, rahmat Allah itu begitu luas, dan ampunanNya begitu lebar, sehingga setiap apa yang kita lakukan, hal terkecil pun harus senantiasa dilandasi sikap tawakal kepadaNya, agar rahmatan lil alamin senantiasa menaungi kita.