Senin, 30 April 2012

Catatan IBU Seorang Aktivisis


(arikel yang membuat saya terisak.. semoga bermanfaat)
"Dimana rumahmu Nak? Orang bilang anakku seorang aktivis. Kata mereka namanya tersohor dikampusnya sana. Orang bilang anakku seorang aktivis. Dengan segudang kesibukan yang disebutnya amanah umat. Orang bilang anakku seorang aktivis. Tapi bolehkah aku sampaikan padamu nak? Ibu bilang engk...au hanya seorang putra kecil ibu yang lugu. Anakku,sejak mereka bilang engkau seorang aktivis ibu kembali mematut diri menjadi ibu seorang aktivis. Dengan segala kesibukkanmu, ibu berusaha mengerti betapa engkau ingin agar waktumu terisi dengan segala yang bermanfaat. Ibu sungguh mengerti itu nak, tapi apakah menghabiskan waktu dengan ibumu ini adalah sesuatu yang sia-sia nak? Sungguh setengah dari umur ibu telah ibu habiskan untuk membesarkan dan menghabiskan waktu bersamamu nak, tanpa pernah ibu berfikir bahwa itu adalah waktu yang sia-sia. Anakku, kita memang berada disatu atap nak, di atap yang sama saat dulu engkau bermanja dengan ibumu ini. Tapi kini dimanakah rumahmu nak? ibu tak lagi melihat jiwamu di rumah ini. Sepanjang hari ibu tunggu kehadiranmu di rumah, dengan penuh doa agar Allah senantiasa menjagamu. Larut malam engkau kembali dengan wajah kusut. Mungkin tawamu telah habis hari ini, tapi ibu berharap engkau sudi mengukir senyum untuk ibu yang begitu merindukanmu. Ah,lagi-lagi ibu terpaksa harus mengerti, bahwa engkau begitu lelah dengan segala aktivitasmu hingga tak mampu lagi tersenyum untuk ibu. Atau jangankan untuk tersenyum, sekedar untuk mengalihkan pandangan pada ibumu saja engkau enggan, katamu engkau sedang sibuk mengejar deadline. Padahal, andai kau tahu nak, ibu ingin sekali mendengar segala kegiatanmu hari ini, memastikan engkau baik-baik saja, memberi sedikit nasehat yang ibu yakin engkau pasti lebih tahu. Ibu memang bukan aktivis sekaliber engkau nak, tapi bukankah aku ini ibumu? yang 9 bulan waktumu engkau habiskan di dalam rahimku.. Anakku, ibu mendengar engkau sedang begitu sibuk nak. Nampaknya engkau begitu mengkhawatirkan nasib organisasimu, engkau mengatur segala strategi untuk mengkader anggotamu. Engkau nampak amat peduli dengan semua itu, ibu bangga padamu. Namun, sebagian hati ibu mulai bertanya nak, kapan terakhir engkau menanyakan kabar ibumu ini nak? Apakah engkau mengkhawatirkan ibu seperti engkau mengkhawatirkan keberhasilan acaramu? kapan terakhir engkau menanyakan keadaan adik-adikmu nak? Apakah adik-adikmu ini tidak lebih penting dari anggota organisasimu nak? Anakku, ibu sungguh sedih mendengar ucapanmu. Saat engkau merasa sangat tidak produktif ketika harus menghabiskan waktu dengan keluargamu. Memang nak, menghabiskan waktu dengan keluargamu tak akan menyelesaikan tumpukan tugas yang harus kau buat, tak juga menyelesaikan berbagai amanah yang harus kau lakukan. Tapi bukankah keluargamu ini adalah tugasmu juga nak? bukankah keluargamu ini adalah amanahmu yang juga harus kau jaga nak? Anakku, ibu mencoba membuka buku agendamu. Buku agenda sang aktivis. Jadwalmu begitu padat nak, ada rapat disana sini, ada jadwal mengkaji, ada jadwal bertemu dengan tokoh-tokoh penting. Ibu membuka lembar demi lembarnya, disana ada sekumpulan agendamu, ada sekumpulan mimpi dan harapanmu. Ibu membuka lagi lembar demi lembarnya, masih saja ibu berharap bahwa nama ibu ada disana. Ternyata memang tak ada nak, tak ada agenda untuk bersama ibumu yang renta ini. Tak ada cita-cita untuk ibumu ini. Padahal nak, andai engkau tahu sejak kau ada di rahim ibu tak ada cita dan agenda yang lebih penting untuk ibu selain cita dan agenda untukmu, putra kecilku.. Kalau boleh ibu meminjam bahasa mereka, mereka bilang engkau seorang organisatoris yang profesional. Boleh ibu bertanya nak, dimana profesionalitasmu untuk ibu? dimana profesionalitasmu untuk keluarga? Dimana engkau letakkan keluargamu dalam skala prioritas yang kau buat? Ah, waktumu terlalu mahal nak. Sampai-sampai ibu tak lagi mampu untuk membeli waktumu agar engkau bisa bersama ibu.. Setiap pertemuan pasti akan menemukan akhirnya. Pun pertemuan dengan orang tercinta, ibu, ayah, kaka dan adik. Akhirnya tak mundur sedetik tak maju sedetik. Dan hingga saat itu datang, jangan sampai yang tersisa hanyalah penyesalan. Tentang rasa cinta untuk mereka yang juga masih malu tuk diucapkan .Tentang rindu kebersamaan yang terlambat teruntai. Untuk mereka yang kasih sayangnya tak kan pernah putus, untuk mereka sang penopang semangat juang ini. Saksikanlah,bahwa tak ada yang lebih berarti dari ridhamu atas segala aktivitas yang kita lakukan.Karena tanpa ridhamu,Mustahil kuperoleh ridhaNya..." -inspirasi dr tulisan seorang sahabat- (dg sedikit gubahan)Lihat Selengkapnya
Top of Form

Senin, 23 April 2012

Kenapa Harus Uang?

Kata sebagian orang, mau kuliah ya harus mau mengeluarkan banyak uang. Iya, itu bagi orang-orang yang belum memahami akan arti perjuangan bisa kuliah. Tinggal minta uang sama "babe atau nyak" yang memiliki "segudang" tabungan. Membuat daftar kebutuhan setiap bulannya, untuk di ACC oleh sang pemasok uang. Memang sekilas enak.

Namun, tidak bagi sebagian orang yang lain, yang harus berjuang kesana kemari untuk mencari beasiswa kuliah, harus berjuang membiayai kebutuhan hidup sendiri. Pasti mereka punya tantangan yang lebih. Dan tentunya lebih menghargai kehidupan. Tidak mudah, namun juga tidak sulit. Karena ada Allah yang senantiasa membersamai. Yakinlah.

Terhitung 6 semester terjalani di sebuah Universitas terkemuka di Jateng, UNDIP, saya bisa menikmati bangku kuliah di Fakultas Peternakan dan Pertanian, rasanya tak terduga. Dulu hanya sebatas mimpi, sekarang terjalani. Alhamdulillah.

Dan, memang tidak semurah yang dibayangkan, memang harus merogoh kocek yang lebih dalam untuk bertahan di kota metropolitan ini. Tak jarang kekurangan uang, berhutang, dan tidak lagi berani meminta uang kepada orang tua, malu dan tidak tega. Yah begitulah nikmatnya. :)

Disatu sisi, beberapa minggu kedepan, kami akan menjalani Kulaih Kerja Lapangan (KKL) yang menjadi kedok LIBURAN. Tujuan studi industri ini ke Jawa (Tengah dan Timur) tapi mampir BALI. Bisa ditebak, berapa ongkos yang dihabiskan? Iya, 1.225.000. Bukan nominal yang sedikit bagi saya. Dan darimana saya akan mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu beberapa minggu? Pasti ada JALAN!

Saya tidak bisa membayangkan, kelak saat perjalanan, saya menikmati uang yang sampai sekarang belum tau akan dari mana berasal. Ibarat membuang uang yang sudah susah payah dikumpulkan, hanya untuk....??

Mungkin bagi sebagian orang mendapatkan uang sebesar itu sangatlah mudah, tapi sebagian lain? kita tidak tahu. Semisal saya harus meminta orang tua saya, ibarat kata "saya memuasakan Bapak dan Ibu saya selama kurang lebih satu bulan!" Yah, pasti ketika saya meminta pun, beliau akan berusaha keras untuk mencarikan uang sebanyak itu. Tapi, apa itu pantas? Mungkin beliau rela tidak makan atau mengurangi jatah makan selama beberapa bulan. Tapi, apa saya tega?

Ya Rabb.. Sungguh Engkau Maha Kaya, rejeki akan datang dari arah yang tidak disangka sangka bagi yang meu mengusahakannya. Saya percaya itu. Mudahkanlah kami dalam setiap ikhtiar kami, Ya Rabb..

Sabtu, 21 April 2012

Number One for Me

Number One for Me

Maher Zain


I was a foolish little child
Crazy things I used to do
And all the pain I put you through
Mama now I'm here for you


For all the times I made you cry
The days I told you lies
Now it's time for you to rise
For all the things you sacrificed

Oooh
If I could turn back time rewind
If I could make it undone I swear that I would
I would make it up to you
Oooh
If I could turn back time rewind
If I could make it undone I swear that I would
I would make it up to you


Mom I'm all grown up now
I'ts a brand new day
I'd like to put a smile on your face everyday


Mom I'm all grown up now
And it's not too late
I'd like to put a smile on your face everyday


You know you are the number one for me
You know you are the number one for me
You know you are the number one for me
Oh oh
number one for me


Now I finally understand
That famous line
About the day I'd face in time
Coz now I have a child of mine


Even though I was so bad
I've learnt so much from you
Now I'm trying to do it too
Love my kids the way you do


Oooh
If I could turn back time rewind
If I could make it undone I swear that I would
I would make it up to you
Oooh
If I could turn back time rewind
If I could make it undone I swear that I would
I would make it up to you


Mom I'm all grown up now
I'ts a brand new day
I'd like to put a smile on your face everyday


Mom I'm all grown up now
And it's not too late
I'd like to put a smile on your face everyday


You know you are the number one for me
You know you are the number one for me
You know you are the number one for me
Oh oh
number one for me


There is no one in this world
That can take your place
Oooh I'm sorry for ever taken you for granted


I will use every chance I get
To make you smile
Whenever I'm around you


Now I will to try to love you
Like you love me
Only God knows how much you mean to me


Oooh
If I could turn back time rewind
If I could make it undone I swear that I would
I would make it up to you
Oooh
If I could turn back time rewind
If I could make it undone I swear that I would
I would make it up to you


Mom I'm all grown up now
I'ts a brand new day
I'd like to put a smile on your face everyday


Mom I'm all grown up now
And it's not too late
I'd like to put a smile on your face everyday

The number one for me
The number one for me
The number one for me
Oh oh
number one for me

Selasa, 17 April 2012

Aku ini punya siapa?

Ketika amanah itu hadir menyapa,
Aku ini punya siapa?

Ketika tugas kuliah menumpuk,
Aku ini punya siapa?

Ketika raga mulai bicara, dan meminta haknya,
Aku ini punya siapa?

Ketika amanah sebagai seorang anak harus dijalankan,
Aku ini punya siapa?

Ketika panggilan dakwah menyapa,
Aku ini punya siapa?

Ketika kalbu menaruh rasa,
Aku ini punya siapa?

Karena, segudang perasaan itu dikuasai oleh Hati
Karena, tubuh ini dikuasai oleh Hati,
Karena, ada yang Menguasai Hati,
Ialah Illahi Rabbi...

Manusia ter-Paling

Tidak jarang dalam sebuah percakapan, kita sering terjebak dalam sebuah perlombaan peng’aku’an. Yah, bisa dibilang berlomba-lomba dalam keunggulan diri pribadi. Disadari ataupun tidak, sahut menyahut tentang peng’aku’an diri, baik hal-hal terbaik hingga hal buruk sekalipun.

For example, ketika lawan bicara kita sedang menceritakan kondisinya dan berharap untuk didengarkan, terkadang yang muncul adalah timbal balik yang ter-paling. Misalnya, “Pren, Aku lagi suntuk ni, tugasku lagi numpuk, organisasi juga lago deadline program.” Tanggapan yang muncul biasanya seperti ini, “Oh, aku juga, kemarin baru aja selesai ngadain kegiatan, eh udah ditambah lagi ada kegiatan lain,”. Apa perasaan orang yang mengawali cerita? Mungkin Anda pernah merasakan dan mengalami hal yang sering terjadi ini. Perlombaan peng’aku’an yang membuat kita seolah-olah menjadi manusia ter-paling. Baik kebahagiaan, keunggulan, prestasi, kesibukan hingga kesedihan bahkan kesakitan. Ck ck ck.

Hmm, melihat hal demikian, lantas apa yang hendak kita lakukan. (Dalam tahap belajar sih) Mari kita mulai dari diri kita sendiri, untuk ngerem alias menahan diri untuk tidak terjebak dalam sebuah perlombaan peng’aku’an tersebut. Memang sedikit sulit sih, untuk mau mengalah dan mendengarkan orang lain menuangkan perasaan pada kita. Tapi, ketahuilah bahwa dengan begitu kita akan bisa memahami orang lain. Mau memahami berarti kita yang menguasai, meminta dipahami berarti kita yang dikuasai. Mau pilih mana?

Tulisan ini hanya sebagai pengingat dan koreksi bagi diri pribadi saya yang suka bercerita. Yang sedang saya pelajari, menahan untuk tidak banyak cerita tetapi banyak mendengarkan. Karena Allah memberikan dua buah telinga dan satu mulut adalah agar kita lebih banyak mendengar daripada banyak berbicara. Maafkan bagi yang sering mendengar cerita saya.

Dan, saya sedang belajar. 

17 April 2012; 22.06

Kamis, 12 April 2012

Teh dan Kopi


Didunia ini memang tidak ada yang kebetulan, semuanya sudah dituliskan olehNya. Segala kesamaan dan perbedaan sudah menjadi sunnatullah. Begitu pula dengan keberadaan saya dan Anda di dunia ini. Hingga saya menemukan banyak hal yang menyerupai sifat maupun jalan hidup yang saya lalui.

Dan, beberapa kesamaan yang ada pada orang yang sama adalah:
- Kami sama-sama studi di fakultas Peternakan Undip, walaupun beda angkatan
- Kami perempuan, :p
- Kami berkulit hitam, tapi manis. hehe
- Kami sama-sama diterima di Beastudi Etos wilayah Semarang
- Saat pertama ke Asrama, saya satu kamar dengan beliau
- Kami sama-sama menyukai tantangan
- Kami sama-sama orang pramuka. Hingga saya juga mendaftar di Racana Diponegoro. Dulu beliau menjadi HUMAS di RD
- Kami sama-sama satu departemen di BEST (Badan Eksekutif Etoser) yaitu dept DAGRI
- Kami pernah satu departemen juga di PSDM BEM
- Hingga keberjalanannya, beliau menjadi Pemangku Adat Racana Diponegoro. Dan, saya pun juga, sekarang masih mengemban amanah sebagai Pemangku Adat RD
- Mencoba-coba, beliau menjadi Mahasiswa Berprestasi 1 FP, dan saya ditahun berikutnya menjadi Mawapres 2 FP.
- Hingga beliau menderita 'vertigo', saya pun juga.
- tapi bukan follower :)

Entahlah, mengapa bisa begini. Yang belum saya ungkap adalah, mengapa KOPI dan TEH?

Kami, punya seorang kakak yang amat menyayangi kami. Saya sangat merasakan betapa enaknya punya kakak. Kak Sonokeling, yah itu beliau. Memanggil saya dengan sebutan "TEH" dan memanggil 'beliau' dengan sebutan "KOPI". Begitulah indahnya romansa hidup kami :p

Semuanya, telah diatur oleh Allah Azza wa Jalla. Tidak ada yang bisa memungkirinya. Karena 'beliau' telah menginspirasi hidup saya, menjadi bagian dari hidup saya.

Terimakasih, Kak Soka dan Kak Sonokeling -Diponegoro-

Selasa, 03 April 2012

Belum Berfasilitas, Tetap Tuntas!



Bersyukurlah bagi orang-orang yang belum memiliki fasilitas pendukung, khususnya sarana dan prasarana kuliah. Tenang saja, karena pertolongan Allah itu dekat dan datang dari arah yang tidak disangka-sangka. Maka, mari Bersyukur atas apa yang Allah berikan pada kita. Sejatinya tidak ada perbedaan yang nyata antara yang berfasilitas maupun belum. Yang membedakan paling-paling mengenai tingkat efektivitas dalam pengerjaannya, bagi yang belum berfasilitas butuh sedikit perjuangan untuk bisa menyelesaikannya. Tapi, hal itu tidak kemudian menjadi alasan untuk tidak berkembang, tidak produktif atau bahkan malas-malasan dalam berkarya. Mari kita ubah hal itu.

Dan, kali ini saya sangat bersyukur. Walaupun belum berfasilitas, banyak saudara-saudara yang berkenan membantu saya. Walau tak jarang ketika meminjam suatu fasilitas, sering mendapat penolakan. Yah, karena beliau-beliau sedang membutuhkannya kala itu. POsitif Thinking aja:)

Satu hal yang harus membuat semangat kita semakin terbakar dan tidak mau ketinggalan dengan yang berfasilitas, adalah kita punya daya ekstra untuk mencapai apa yang ingin kita usahakan karena Allah. Dan ketika kita meyakini bahwa kita BISA,maka Kita BISA!. Toh,hasilnya yang menentukan adalah tingkat kerja keras kita. Karena Allah semata. Belum tentu yang berfasilitas lebih baik dalam berkarya. Wallahu'alam.

hanya sekedar memotivasi diri agar senantiasa bersyukur dan berikhtiar:)