Sabtu, 29 September 2012

MOST WANTED!!! AKHWAT LEMPER ”LEMBUT NAN PERKASA”

        Sosok muslimah saya pikir tidak perlu dijelaskan disini. Siapa sih muslimah itu??? Sekedar untuk menyamakan persepsi - dalam bayangan sederhana saya - muslimah adalah sosok wanita yang berusaha untuk tetap teguh memegang prinsip nilai-nilai keIslaman. Dan yang penting mandiri, kritis dan kompeten.
       Tapi ternyata, tidak banyak saya menjumpai sosok muslimah yang sesuai dengan harapan sederhana saya dalam kacamata Islam dan tuntutan jaman. Menjadi sosok sederhana saja belum mampu apalagi menjadi sosok ibunda Khadijah, Aisyah binti Abu Bakar, Zaenab Al-Ghozali, atau tokoh-tokoh wanita cerdas dan pemberani lainnya (Subhanallah. Memang mereka wanita pilihan Allah).
       Kasuistik bila ternyata saat ini masih kita jumpai “akhwat-akhwat” yang IpK-nya jeblok, dakwah keteteran, amanah di rumah amburadul, dan waktunya pun habis di jalan buat shoping alias jalan-jalan. Walaaaah, gaswat neh….. (jangan-jangan perlu di rukhiyah !!!).
       Sebuah idealisme ketika kita mengharapkan seorang muslimah mampu perkasa (baca : tawazun) dalam mengelola waktunya. Sampai-sampai ada slogan “ Ibadah Taat, Dakwah Hebat, Aksi Kuat, Ip 4, Nikah Cepat…(wah… kalo yang terakhir saya tidak tanggung jawab… ;D)”.  Yah… minimal untuk urusan dakwah dan akademis tidak harus direcall terus lah. Boleh suatu ketika “turun” iman. Tapi yang harus diperhatikan harus ada standar minimal.  Dan jangan lama-lama !!! Bukankah dulu sahabat Rosullullah juga pernah “turun” keimanannya ??? Semoga hal ini tidak dijadikan apologi tentunya. OK, Tetap Semangat !!!
       Satu hal menarik yang sempat terlintas dalam benak saya. Yaitu menyikapi “Jatuh Bangunnya Seorang Ukhti”. Saya, Anda, mungkin juga saudara seiman sekitar kita, pun nun jauh di sana… saya yakin mereka semua pernah mengalami dehidrasi iman. Futur, bosan, komplikasi penyakit hati, atau bahkan sampai pada insilakh. Bukan bahasan saya menjelaskan hal tersebut disini. Cukup Anda baca buku Mensucikan Hati. Beres.
Hal yang sebenarnya ingin saya garis bawahi adalah bahwa untuk bisa muncul menjadi seorang muslimah masa kini ditengah badai pergolakan jaman, bukan tidak mungkin mengalami dehidrasi iman ditengah perjalanannya. Muslimah bukanlah wonder women yang super dalam segalanya. Namun muslimah juga dituntut untuk selalu dapat belajar melakukan segalanya.
       Buku Agar Bidadari Cemburu Padamu menyebutkan bahwa, wanita diberi kelebihan oleh Gusti Allah dalam hal perasaan. Nah, inilah faktor yang paling tidak disukai seorang feminisme terhadap umumnya para wanita - jika kelebihan tadi tidak digunakan sebagaimana mestinya. Bagi kawan-kawan feminisme, perasaan akan membuat sikap lemah seorang wanita (baca : muslimah) begitu dominan, hingga sepertinya wanita tidak mampu hidup tanpa bantuan pria. Apapun minta. Ini minta, itu minta. Sebuah prototipe cengeng dan tidak mandiri. Nah, itu pula yang sekarang harus kita dobrak dan hancurkan.
        Saya ingat ketika di suatu sore menjelang gerimis satu-satu (belum hujan deras lho...), saya dan seorang kawan pulang dari ”ngantor”. Lalu seketika itu juga kawan saya mengeluarkan jimat saktinya alias payung. Saya terheran-heran plus tidak dapat menahan tawa. ”Astaghfirullah ukhti...., wong cuma gerimis netes-netes kok pake payung lo...”, komentar saya waktu itu tanpa bisa dibendung. ”Lho, kan sedia payung sebelum hujan”, kilahnya sambil mesam mesem. Dan obrolan itu pun berakhir dengan geleng-geleng kepala. Kepala saya tentunya.
Pun ketika salah seorang kawan saya enggan naik angkot karena terbiasa mengendarai sepeda motor. Namun  di hari pertama pasca sepeda motornya dicuri, nah lo.... (bukan maksud saya bergembira diatas penderitaan saudara sendiri, tapi semoga bisa diambil ibrohnya). Dan banyak kasus lain.  
Sesungguhnya bukan tingkah laku yang ”ngakhwati” itu yang saya kritik. Tapi dampak psikologis yang mungkin ditimbulkan dari kebiasaan tersebut. Semoga hanya menjadi kekawatiran saya saja saat saya berpikir ”satu tetes air hujan saja tidak diharapkan menyentuh kulit dan badan, apalagi debu-debu jalanan dan batu-batu kerikil hingga membuat kaki menjadi lecet dan berdarah-darah”.
Secara khusus memang Al-Qur’an dan Al Hadist tidak melarang akhwat menggunakan payung saat gerimis menjelang, memakai sun block hingga ketebalan 1 cm, meminta bantuan ikhwan untuk mengangkat CPU rusak dan mengatasi genteng bocor, mendelegasikan tugas yang seharusnya mampu dikerjakan dan perkara lainnya. Tapi menurut saya, hal tersebut terlalu cengeng. Hanya akan melahirkan akhwat-akhwat manja.
Kadang terlintas dalam pikiran saya, (husnudzon neh critanya...), ”apa karena kondisi kesehatan yang berbeda ya? Kalau saya hujan-hujan paling-paling cuma kena flu. Kalau mereka (baca: saudara-saudara saya) bisa jadi langsung demam, pusing-pusing, mual yang kemudian berujung pada sakit typus, radang paru-paru, komplikasi ginjal, dan penyakit kronis lainnya. 
Setiap pagi hampir semua media massa mengabarkan tentang banyak peristiwa dakwah yang perlu segera diselesaikan. Masalah sosial, ekonomi, aqidah, akhlak, politik, budaya, dan hukum. Semua begitu rumit dan komplek. Akankah lantas kita masih terjebak oleh perilaku manja tadi??? Naif sekali.
Ukhti fillah rahimakumullah. Saat ini, detik ini, masyarakat masih membutuhkan kita. Maka hanya akhwat-akhwat yang tahan banting dan kokoh saja yang mampu bertahan. Istilah lembut dan perkasa hanya analog bahwa begitulah akhwat yang seharusnya. Ia lembut. Namun juga tidak pernah bergantung pada orang lain kecuali diluar kemampuannya. Ia begitu mandiri, kokoh -tsabat-, kuat, dan solutif (orang Jawa bilang : mrantasi alias mampu menyelesaikan permasalahan). Maka menjadilah akhwat itu. Akhwat Lemper. Lembut nan Perkasa.

(dari berbagai sumber)
      


Rabu, 12 September 2012

CBSA, ada ada saja?!

CBSA,
mungkin anda sering mendengar kepanjangannya dengan Cara Belajar Siswa Aktif, tapi CBSA yang ini istilah yang disadur dari aktivitas para al-akh dan al-ukh (tidak semua lho).,
Cinta Bersemi Sesama Aktivis. Ngeri cuy! Banyak kejadian ternyata..
Dalam hal ini, memang harus menjadi bahan perhatian dan WARNING tersendiri untuk para aktivis, karena tidak jarang ditemukan berbagai kasus yang melanda para kawula muda yang sedang kasmaran, dan berada dalam satu wajihah (red: organisasi). Sah-sah saja, suka, cinta, tapi jangan sampai menghantarkan diri menuju nafsu syaiton dan mengalahkan cinta kita kepada Allah.
Sebagai pengingat diri. Interaksi kita, dalam satu organisasi bisa saja berlebihan dan keluar dari batas profesionalitas dan unsur syariat. Itu yang harus diperhatikan. Jaga interaksi, supaya tidak terjerumus dalam CBSA..
Ya Muqollibal Quluub.. jagalah selalu hati-hati kami untuk Mu dan untuk orang yang masih Engkau jaga untukku :)

Kamis, 06 September 2012

Doa Ibu


Kita berawal di dunia ini melalui seorang malaikat yang berhati mulia, ia rela mengandung kita dalam waktu yang tidak singkat, sembilan bulan. Dalam perjalanan hidup kita, ia adalah orang yang jasanya tak akan pernah terbalas hingga akhir hayat kita.
Ibu, ia tidak pernah mengeluh, betapa sakitnya ketika harus mengandung kita. Ia tidak pernah meminta balasan atas pengorbanannya selama merawat kita, menyekolahkan kita, menyedot ingus dari hidung kita dan ia tidak pernah meminta balasan terhadap seluruh biaya yang telah ia keluarkan untuk kita.
Kasih ibu sepanjang hayat, kasih anak sepanjang galah. Kita tidak akan mampu mengganti semua yang telah ibu berikan kepada kita. Sungguh, siapa yang harus kita hormati di dunia ini; Ibu, Ibu, Ibu, Ayah.
Ibuku..
Beliau adalah pendidik yang luar biasa, guru yang luar biasa. Banyak orang yang iri kepada ibu saya, tentang bagaimana ia mendidik anak-anaknya. Notabene, lingkungan kampung kami bukanlah lingkungan yang mendukung untuk pergaulan yang sehat.
Ma’e, saya memanggilnya..
Beliau adalah orang yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan yang saya capai hingga saat ini. Benar, keberhasilan kita bukanlah atas usaha kita sendiri, melainkan ada dorongan dari banyak pihak. Sejatinya, kalau kita sukses, sungguh itu adlah kesuksesan dan keberhasilan orang tua kita yang telah mendidik kita menjadi seperti ini.
Sepanjang ini, Doa ibu senantiasa menyertai langkah saya. Doa ibu sangat manjur. Peringatan ibu pun juga manjur. Maka, jangan sekali-kali melanggar perintahnya, tanpa ridhonya, fatal akibatnya.
Hingga, Ibu pun senantiasa menanyakan apa doa yang ingin saya sampaikan kepada Allah, melalui ibu. Insyallah, makbul. Saya yakin itu.
Di setiap penghujung telepon, tak pernah lupa memohon doa dan ridho dari Ibu. Sungguh, ridho Allah tergantung Ridho orang tua (Ibu).
Maka, Ya Allah...
Lindungilah malaikatMu itu, yang senantiasa menjagaku, mendoakanku..
Jagalah ia, yang senantiasa rela berkorban untukku..
Sungguh, aku belum mampu membalasnya, tapi aku mohon balas ia dengan kemuliaan dari Mu..
..Allahummaghfirlii wali wali daya warham huma kama rabbayanii shaghira..