Rabu, 31 Oktober 2012

Ojo Sugetan


22-10-2012; 16.02 WIB

Sebuah perasaan yang biasanya sering melanda setiap orang, disadari atau tidak rasa ini memang menyerang seperti virus yang tidak pandang bulu kapan melandanya. Sulit diungkapkan dengan bahasa Indonesia yang benar, saya pun belum menemukan kata yang tepat untuk menggambarkan hal itu. Rasanya semacam rasa dengki, cemberut di sertai muka yang kusut, galau, temperamen, sensitive, dan sebagainya-lah. Yang jelas rasa ini berhubungan dengan Mood. Tetapi rasa ini datang secara spontan seperti jelangkung datang tak dijemput pulang tak diantar. Menyeramkan.


Sabtu, 20 Oktober 2012

Di Surga Katanya

Kak, Bagaimana kabar kakak disana?
Aku merindukanmu Kak.,
Aku harap Kakak selalu bahagia disana.,

Kak, kasih tau Aku dong, gimana enaknya disana?
Aku belum bisa mbayangi lhoh.,
Kata orang Surga itu adem ya Kak,
Gimana harumnya bunga Kasturi, Kak
Gimana suara gemericik merdu sungai-sungai disana.,
Disana banyak buah-buahan ya Kak.,
Wah,. Aku pengen kesana Kak.,


Rabu, 10 Oktober 2012

Iseng-iseng :)

JEND: Etravert, Intuitif, Feeling, Jugding...

ENFJs are the benevolent 'pedagogues' of humanity. They have tremendous charisma by which many are drawn into their nurturant tutelage and/or grand schemes. Many ENFJs have tremendous power to manipulate others with their phenomenal interpersonal skills and unique salesmanship. But it's usually not meant as manipulation -- ENFJs generally believe in their dreams, and see themselves as helpers and enablers, which they usually are.
ENFJs are global learners. They see the big picture. The ENFJs focus is expansive. Some can juggle an amazing number of responsibilities or projects simultaneously. Many ENFJs have tremendous entrepreneurial ability.

Minggu, 07 Oktober 2012

Profesi, Antara Idealita dan Realita


         Menghadapi realita, bahwasanya kita tidak selamanya akan terkungkung dalam bangku perkuliahan, dalam pergerakan mahasiswa dan dinamikanya. Tidak bisa dipungkiri bahwa kita akan menghadapi dinamika pasca kampus, yang merupakan realita dalam kehidupan. Kadang kala, realita yang dihadapi akan berbenturan dengan idealita yang kita pegang selama menjadi mahasiswa. Oleh karenanya, kita harus mulai menentukan arah, kemana kita akan berlayar di fase yang berbeda tersebut, apakah kita masih akan memperjuangkan idealita yang melekat dalam diri kita ataukah hanyut dalam arus realita yang ada.
            Daurah Mihani (training profesi) merupakan sebuah pelatihan yang dilakukan untuk memfasilitasi para mahasiswa tingkat akhir (atau tingkat galau) dalam persiapan menuju dunia pasca kampus. Selain itu, pelatihan ini digagas supaya kader-kader dakwah memiliki strategi mendakwahkan dunia islam dalam profesi yang kelak dijalani. Sehingga sektor-sektor profesi dapat dikelola dengan bernafaskan Islam. Pelatihan yang dilaksanakan pada tanggal 7 Oktober 12 ini terdapat empat materi yang disampaikan Salah satunya adalah mengenai Dinamika Jenjang Profesi antara Idealita dan Realita yang disampaikan oleh Bapak Agung B. Margono (Anggota DPRD Jateng) dan Bapak Fris Yulianto (Anggota DPRD Jateng).
             Dalam penyampaiannya Bapak Fris, Ketua BEM UNDIP 2000-2001 menyampaikan dengan penuh keceriaan dan humor segar untuk menghangatkan suasana, bahwa perlu adanya Grand Strategy Dakwah dalam dunia profesi. Adapun dua hal yang harus kita pilih, Mobilitas vertikal (penyebaran SDM dakwah ke lembaga dan kebijakan) atau Mobilitas Horizontal (penyebaran dakwah ke lapisan masyarakat).
             Garis besar yang disampaikan adalah arahan kedepan pasca kampus, beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan masa depan pasca kampus kita, diantaranya:
  • a.       Buat Perencanaan Karier, tentukan visi dan misi serta deskripsikan mimpi.
  • b.      Buat peta perjalana karier
  • c.       Buat hobby menjadi peluang
  • d.      Buat catatan keberhasilan
  • e.      Tentukan sasaran karier
  • f.        Ketahui tren karier dan pekerjaan
  • g.       Pelajari hal-hal baru.

Apapun pilihan kita,
  • -          Kewajiban kita adalah tetap beribadah baik secara vertikal maupun horizontal.
  • -          Saatnyan bayar “hutang” dengan membalik keadaan
  • -          Satu hal, kita punya kewajiban atas waktu.

Menambah aura semangat pelatihan, Bapak Agung dengan gaya kholeriknya menyampaikan bahwa hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengenali “siapa saya? (kita)”, mengenali potensi yang kita miliki untuk kemudian menentukan tiga ranah dunia pasca kampus. Adapun tiga ranah tersebut adalah Profesi/profesional/pegawai, coorporate/pengusaha, dan civil society/politisi/pelayan publik. Dalam pencapaianya, ada beberapa targetan pasca kampus. Diantaranya, competence, courtesy, credibility, kehandalan, responsibility, empathy, dan communication.
 Tentunya, banyak pertanyaan yang akan muncul bagaimana mensiasati visi dan aksi kita kedepan. Oleh karenanya,
  • -          Diskusikan dengan teman dekat, mau bagaimana kita,
  • -          Pertegas visi dan hadiri forum-forum yang memperkuat visi kita,
  • -          Kita perlu bercermin, kita perlu figur. Significant model!
  • -          Rencanakan sejak sekarang, korelasikan dengan mimpi-mimpi kita.

Semoga apa yang menjadi visi dan mimpi kita dapat tercapai dan dapat memberikan kebermanfaatan hidup sesama (red: dakwah).
Wallahu’alam bishowab.

Napak Tilas Perjuangan Pangeran Diponegoro



Dies natalis Undip ke 55, usia yang tidak lagi muda untuk ukuran sebuah universitas di negeri ini. Dalam perjalanannya, banyak prestasi yang telah dicapai oleh Universitas yang menobatkan diri menjadi universitas riset di tahun 2020 ini. Semarak perayaan Dies Natalis Undip disambut dengan antusiasme yang cukup tinggi dari seluruh civitas akademika Undip. Berbagai agenda kegiatan dirancang guna memeriahkan hari jadi Undip tersebut.
Tema yang diangkat kali ini adalah “Menjadi Universitas yang Unggul dan Berkarakter”. Hal ini merupakan cerminan dari internalisasi nilai-nila Pangeran Diponegoro sebagai icon dari Universitas Diponegoro, dimana sosok dan semangat perjuangan Pangeran Diponegoro yang mampu menginspirasi mahasiswa untuk terus menumbuhkembangkan karakter yang jujur, disiplin dan berani.
Serangkaian kegiatan dilaksanakan guna memeriahkan Dies Natalis Undip ke 55 ini. Adapun kegiatan yang dilaksanakan meliputi kegiatan ilmiah, pengabdian masyarakat, pengobatan massal,  malam inagurasi, jalan sehat dan fun bike, kirab budaya hingga pagelaran wayang kulit dan wayang orang. Berbagai perlombaan seni bagi para mahasiswa seperti Undip Idol dan konser Harmoni Khatulistiwa oleh paduan suara mahasiswa Undip juga turut menyemarakkan hari jadi Undip.
Sebagai pembuka rangkaian kegiatan Dies Natalis Undip diadakan kirab budaya dengan tema “Napak Tilas Perjuangan Pangeran Diponegoro di kampus Undip Tembalang. Acara dimulai dari gedung rektorat Undip mengitari jalan protokol kampus. Kirab budaya nusantara tersebut akan menampilkan oase perjuangan Pangeran Diponegoro. Rektor Undip Prof Sudharto P. Hadi, MES, Ph.D memperagakan peran sebagai Pangeran Diponegoro dengan menggunakan jubah kebesarannya berwarna putih diikuti dengan para pembantu rektor dan anggota senat universitas dengan mengenakan pakaian adat jawa. Rektor dan pimpinan Undip serta senat universitas selama kirab menaiki andong dokar mengitari kampus, dimana dalam barisan terdepan diawali dengan defile musik-musik tradisional. Tujuan dari kirab budaya tersebut selain mangayuh bagyo memeriahkan perayaan dies juga untuk memperkenalkan nilai-nilai perjuangan Pangeran Diponegoro kepada segenap sivitas akademika khususnya mahasiswa.
Semarak Dies Natalis Undip diharapkan mampu memberikan nuansa berbeda dalam perjalanan Undip kedepan, dengan memvisualisasikan semangat perjuangan Pangeran Diponegoro dalam perjalanan menuju puncak kesuksesan. Sehingga dapat menumbuhkan karakter yang kuat bagi seluruh mahasiswa, dan tentunya dapat menjadi katalisator bagi Undip menuju Universitas yang Unggul dan Berkarakter serta menjadi Universitas Riset di tahun 2020.

Sabtu, 06 Oktober 2012

Khoirunnas anfauhum linnas

Tidak ada alasan bagi orang beriman untuk tidak memanfaatkan setiap peluang kebaikan yang menghampiri, karena kesempatan tidak datang dua kali. Untuk meraih peluang dan kesempatan, tentunya harus ada persiapan-persiapan yang dilakukan. Seperti halnya keberanian, tapi tidak hanya keberanian saja, punya keberanian tanpa punya keterampilan sama saja kita tidak siap. Oleh karenanya kita juga butuh keterampilan, dan keterampilan itu harus dilatih, tidak muncul begitu saja. Kita sudah dapatkan tiga hal; keberanian, keterampilan dan kesempatan. Alangkah mudahnya jalan yang akan kita lalui manakala ketiga hal ini kita genggam. 

Namun, tantangan tidak sampai disitu saja. Ketika kita mendapatkan kesempatan, sudahkah yakin bahwa kesuksesan atau prestasi itu akan kita dapatkan? Kalau belum, kita butuh bumbu untuk menjadikannya semakin lezat. Ada ikhtiar dan doa dalam setiap jejak langkah kita. Satu hal lagi, tawakal’alallah. Tentunya prestasi ataupun kesuksesan itu tidak akan mulus jalannya apabila tiada ridho dari yang Maha Berkehendak atas segala sesuatu, Allah Azza wa jalla. Oleh karena itu, perlu adanya niatan yang tulus dan ikhlas dalam setiap ikhtiar yang kita lakukan, bahwasanya apa yang kita lakukan semata-mata mengharap ridho Allag SWT. Mantab gag tuh?

Tidak berhenti disini saja, coba kita kembali pada tujuan awal kita, untuk apa sih sebenarnya prestasi ataupun kesuksesan yang kita raih? Apakah untuk meraih penghargaan, pengakuan, status sosial, atau hanya sebatas plakat dan sertifikat? Kalau itu tujuan, tidak perlu menerapkan rumusan-rumusan yang telah kita bicarakan diatas, mubadzir. Karena tujuannya sudah melenceng cuy. 

Sepertinya akan lebih menarik ketika kita membahas tentang “kebermanfaatan/kebermaknaan hidup”. Coba bayangkan, ketika rumusan yang kita bicarakan sebelumnya tadi bermuara pada kebermanfaatan bersama, pahala kita tidak akan terputus. Ingat kan, tiga amalan yang tidak akan terputus; amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang sholeh. Karena berprestasi ataupun sukses itu bukan utilitas pribadi, bukan hanya milik kita semata. Alangkah indah, ketika prestasi yang kita raih itu memberikan dampak positif serta memberikan kebermanfaatan bagi banyak orang. Luarr biasa!

Niatan yang perlu kita bangun adalah, kita harus berani mencoba setiap tantangan yang ada didepan kita, termasuk setiap peluang yang datang (karena peluang itu akan datang kepada ia yang sudah siap). Dengan mencoba, kita akan menemukan berbagai proses menuju sebuah prestasi yang bermuara pada kebermanfaatan hidup. Mari kita niatkan, setiap apa yang kita lakukan, termasuk prestasi yang kita raih adalah untuk kebermanfaatan sesama, barangkali ketika kita berprestasi mampu memberikan arti bagi saudara-saudara kita. Anda tahu, barangkali apa yang kita capai saat ini, kesuksesan yang kita raih buka merupakan hasil kerja keras kita saja, melainkan campur tangan dari saudara-saudara kita yang mendoakan kita tanpa kita tahu. Karena tanpa kita sadari, saudara-saudara dan keluarga kita lah yang mendukung kita dikala kita terhimpit. Maka, jangan pernah lupakan mereka dengan kembali memberikan kebermanfaatan untuk orang-orang disekitar kita.
Wallahu’alam bishawab

Marriage (jilid 2)

Menikah, menyempurnakan separo dinnullah, menjalankan ibadah sunah Rasulullah. Tidak jarang di usia kita sekarang (19-20an) mulailah ada perasaan dan keinginan untuk menunaikan hajat tersebut, bahkan menikah bukan menjadi sebuah bahasan yang tabu untuk dibicarakan –beramai-ramai-. Dan tidak sedikit yang sudah menunaikannya diusia kita sekarang. Bahkan bukan hal langka bagi Al Akh dan Al ukh (di usia sekarang) memiliki niatan untuk menunaikan sunah tersebut. Entah karena memang sudah siap atau sekedar keinginan atau malah karena nafsu. Naudzubillah.
Maukah Anda menikah? Ya, tentulah setiap orang mau menikah. Tetapi waktu yang akan membedakannya. Dan setiap orang pastilah punya targetan untuk hal itu.
Tapi jangan buru-buru, sudah siapkah Anda dengan segala resikonya? :P
Mengenai pernikahan, menjadi suatu perkara yang harus disegerakan. Apabila telah memenuhi kemantapan, baik spiritual maupun material. Akan tetapi terkadang ada saja alasan-alasan yang diada-adakan, beralaskan kesiapan padahal sejatinya adalah nafsu belaka. Ataukah memang sudah ada yang sedang menunggu? :p Menyegerakan terbalik menjadi tergesa-gesa. Itu yang harus kita pikirkan matang-matang.
Disisi lain, kita harus tahu, apa tujuan kita menikah. Apakah hanya sebatas keinginan (nafsu), kesiapan, atau umur yang sudah tak muda lagi. Rasulullah bersabda:
Wahai generasi muda, barangsiapa diantara kalian telah mampu serta berkeinginan untuk menikah, maka hendaklah ia menikah. Karena sesungguhnya pernikahan itu dapat menundukkan pandangan mata dan memelihara kemaluan. Dan barangsiapa diantara kalian yang belum mampu maka hendaklah berpuasa. Karena puasa itu dapat menjadi penghalang untuk melawan gejolak hawa nafsu. (HR Bukhari Muslim)
Dari hadist diatas kita ditunjukkan betapa mulianya sebuah pernikahan. Dalam hadist tersebut, Rasulullah menganjurkan untuk segera menikah apabila sudah mampu dan berkeinginan, hal ini juga menjadi sebuah catatan untuk kita, apakah sudah benar-benar mampu ataukah hanya sebatas keinginan. Harus digaris bawahi, bahwa dianjurkan untuk menikah apabila telah mampu dan berkeinginan. Tentunya dengan berbagai syarat yang pula menyertainya.
Dihadapkan pada realita yang ada, sebagai aktivis dakwah sudah seharusnya memprioritaskan urusan agama dalam mempertimbangkan dan memutuskan untuk melangsungkan sunah tersebut. Sudah selayaknya pula kita memikirkan generasi penerus kita di masa mendatang. Apakah setelah kita memutuskan untuk menikah, kita juga masih istiqomah di jalan dakwah? Barangkali ada yang memiliki pemikiran –kapan saatnya mengurusi diri sendiri, kenapa terus terusan ngurusin umat- semoga kita tidak tergolong orang yang berpikiran seperti demikian.
Menikah bukan hanya kepentingan pribadi kita, melainkan banyak pihak yang harus terlibat dalam kebahagiaan tersebut. Karena sebagai aktivis dakwah (sejak lahir kita adalah seorang da’i) kita bukanlah utilitas pribadi, bahwa hidup kita tidak hanya untuk kita sendiri. Oleh karena itu, menikah adalah salah satu sarana untuk menambah kebermanfaatan kita terhadap umat. Ketika masih sendiri, track record kita di jalan dakwah barangkali belum sempurna, oleh karenanya kelak disempurnakan dengan hadirnya pasangan kita yang setia bersama-sama berjalan di jalan dakwah ini. Insyaallah.
Hal tersebut akan memunculkan pertanyaan besar dalam benak kita, sudah beranikan kita mengazamkan diri untuk menjalankan sunah tersebut? ketika diri ini masih harus banyak berkontemplasi dan memperbaiki diri. Karena kita tidak ada yang tahu bagaimana kaki-kaki kita akan melangkah kelak, akahkah kita masih istiqomah di jalan ini atau tidak. Tugas kita adalah senantiasa memperbaiki diri dan taat kepada Allah, mensholehklan diri untuk kelak juga mendapatkan yang sholeh. Karena perempuan-perempuan yang baik adalah untuk laki-laki yang baik. Sudah baikkah kita? Hanya diri kita dan Allah yang Maha Tahu.
Wallahu’alam bishawab