Khayalku memang tak mau berhenti di satu tempat saja,
saat aku memotongi laminasi bakal PIN dan ganci, saat aku menyapu halaman di
Loetju Semarangan. Atau saat mendengarkan Boss berbagi pengalamannya setiap
saat. Satu yang hingga kini terus menggelayut dibenakku. Tentang hidup ini,
tentang kebermanfaatan.
Dalam kamus
hidupku, kebermanfaatan memiliki proporsi yang tinggi dalam barisan target
hidupku, bahkan itu menjadi syarat utama dalam setiap gerak-gerikku. Kendati
demikian, aku belum punya standar ideal sebuah niat dan tindakan itu berujung
pada sebuah kebermanfaatan bersama (red: umat). Barangkali pembaca punya
referensi buku ataupun kisah untuk bisa ku pelajari, untuk menjawab hal itu.
Setiap aktivitas
yang sedang aku jalani ini harus berujung pada kebermanfaatan untuk orang lain,
tanpa mengesampingkan diriku tentunya. Hanya saja, siapa yang akan merasakan
kebermanfaatan ini. Mulai memutar otak. Sudah belum ya, atau jangan-jangan aku
hanya terjebak pada rutinitas yang berlandaskan kepentingan pribadi, tanpa
disadari.
Secara teori memang
gamblang, bahwa sungai-sungai itu pada akhirnya akan bermuara kelautan yang
luas. Begitu pula dengan hal-hal kecil yang kita lakukan, tentunya yang
berlandaskan asas kebermanfaatan. Aku yakin, akan bermuara pada kebermanfaatan
bersama.
Tapi mimpiku lebih
dari lautan yang luas,