Minggu, 19 Juni 2011

(Korupsi, lagi-lagi) Kapan Tuntasnya?

Oleh:
Siti Aminah Yendy
Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro
Semarang

Lagi-lagi warna-warni media menyoroti kasus korupsi di Indonesia, belum kelar kasus para tikus berdasi itu, kembali digegerkan dengan kasus M. Nazaruddin, mantan Bendahara Umum Partai Demokrat yang diduga terkait dalam kasus suap proyek wisma atlet SEA Games XXVI Jakabaring, Palembang, Sumatra Selatan. Selain itu, Nazaruddin juga disebut dalam kasus dugaan korupsi Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) Kementerian Pendidikan.
Ibarat seorang artis, Nazaruddin menjadi primadona para pemburu koruptor. Hingga berhijrah ke luar negeri dengan alasan sakit. Kasus yang dianggap sebagai kasus receh itu semakin menjadi kala Nazaruddin menudingkan bahwa tiga anggota DPR ikut memainkan anggaran pembangunan dana pembangunan Wisma Atlet SEA Games di Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan. Tiga politikus yang disebut adalah Angelina Sondakh, Mirwan Amir, dan I Wayan Koster. Ketiganya merupakan anggota Badan Anggaran (Banggar) DPR.
Beralih dari kasus Nazaruddin, Nunun Nurbaeti tak ingin kalah dengan pemberitaan Nazaruddin. Nunun Nurbaeti, tersangka kasus dugaan suap cek perjalanan terkait pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia 2004 saat ini keberadaannya sedang menjadi incaran banyak pihak terutama KPK. Nunun dikabarkan sedang berada di luar negeri dengan dalih berobat. Saat ini, Foto Nunun Nurbaeti terpampang di situs interpol. Nunun resmi menjadi buronan internasional di 188 negara. Pencarian Nunun di 188 negara ini dilakukan setelah Markas Besar Kepolisian RI menerima permintaan red notice dari Komisi Pemberantasan Korupsi. Lagi-lagi alasan yang sama terungkap. Dua aktor tersebut sekarang menjadi incaran para penegak hukum. Dalam hal ini KPK lah yang memiliki kewenangan yang lebih dalam upaya penangkapan mereka.
Dan, korupsi pun masih menjadi bahasan yang memuakkan di Indonesia, entah kapan berakhirnya permasalahan seperti ini. Berbagai kasus lainnya pun banyak yang belum terungkap. Entah, apakah memang negara kita ini telah menjadi sarang koruptor ataukah sistem dan budaya yang ada di kursi panas itu memang bobrok. Sepertinya memang harus ada suatu sistem yang mengatur para pejabat, khususnya Anggota DPR. Dengan penerapan kode etik yang diperketat, dan dengan mencabut hak politik apabila terbukti melakukan tindak korupsi. Dalam sebuah sistem yang kecil pun, korupsi terjadi diberbagai belahan. Penindakan tegas sudah selaiknya dilakukan terhadap para koruptor, bukan hanya kepada para teroris.
Kasus korupsi di Indonesia lebih banyak melibatkan aparat atau pejabat negara yang dilakukan pada saat memiliki kewenangan untuk mengelola keuangan negara/daerah. Untuk itu pemberantasan korupsi akan menonjol aspek politisnya, apalagi yang menjadi tersangka atau saksi adalah pejabat publik seperti DPR, DPRD atau Kepala Daerah. Saat ini, bisa kita lihat bahwa upaya penanganan kasus korupsi masih tebang pilih. Untuk itu aparat penegak hukum seharusnya fokus pada penanganan hingga tuntas, kebanyakan kasus yang terjadi mandeg ditengah jalan tanpa diketahui ujung tuntasnya. Lamanya penanganan kasus korupsi pun membuat persoalan-persoalan tersebut menjadi semakin tidak valid, karena cepatnya penanganan kasus korupsi akan memberikan kepastian hukum terhadap tindak pidana korupsi. Oleh karena itu, penegak hukum harus benar-benar tegas terhadap tindak pidana korupsi, tanpa pandang bulu, tanpa melihat dari sudut pandang subjektif. Siapapun, yang terbukti bersalah harus diadili secara tegas. Selain itu, aparat penegak hukum perlu mengevaluasi prosedur atau mekanisme penegakan hukum pemberantasan korupsi. Evaluasi diarahkan bagi upaya konstruktif untuk mengimbangi komitmen pemimpin bangsa.
Menindaklanjuti perkara diatas, sebagai mahasiswa yang notabene adalah kaum terpelajar atau intelektual, sudah selaiknya mengkritisi kinerja para pejabat pemerintahan maupun birokrasi. Menilik, seberapa tajamkah para pejabat negara dalam menjalankan tugas negara. Dan, mahasiswa adalah pelurus generasi lama bukanlah penerus generasi. Karena bangsa ini sudah cukup porak-poranda oleh tingkah polah para tikus-tikus berdasi yang tak punya moral. Sudah saatnya kita meluruskan, mengganti sesuatu yang tidak sesuai dengan porsinya. Saatnya kita melakukan perubahan terhadap bangsa ini, karena kita adalah umat terbaik.
Dan Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". QS:2:30

Kamis, 09 Juni 2011

As You Think so You Are, You Will When You Believe

Perjalanan panjang dalam hidup kita ini adalah menuju sebuah kerelaan. Waktu yang kita miliki tidaklah semata-mata untuk sebuah kepuasan. Hidup yang terus bergulir antara keberhasilan dan kegagalan. Semuanya berujung pada kerelaan kita dengan Allah SWT. Ketika kegagalan mendera bukan untuk terpuruk terlalu dalam, akan tetapi terusberjuang untuk bangkit dengan semangat, keikhlasan, kerelaan dan keyakinan bahwa apa yang Allah SWT berikan kepada kita adalah jalan terbaik yang Dia berikan untuk kita. Karena Allah tidak akan membiarkan hambaNya menderita. “Allah tidak akan membebani suatu kaum, melebihi kemampuannya” ayat yang begitu luar biasa, Allas SWT memahami benar bagaimana keadaan hambaNya. Seberapa kuat ia mampu menghadapi cobaan dan ujian yang diberikan.
Dan ketika suatu kegagalan itu mendera dengan begitu hebatnya, yang perlu dipahami adalah betapa Allah SWT menyayangi kita, dalam rangka meningkatkan derajat iman kita kepada Allah SWT. Keyakinan kepada Allah SWT-lah yang akan menghantarkan kita kepada sebuah keberhasilan. Ada pepatah mengatakan “Kekuatan keyakinan akan menbuat manusia memiliki daya yang lebih”. Benar, ketika kita meyakini bahwa semua yang kita lakukan adalah semata-mata untuk Allah SWT dan hasil yang kita dapatkan adalah jalan terbaik yang Allah SWT berikan kepada kita semua, maka kita akan memiliki daya yang lebih untuk mencapai apa yang kita dan Allah inginkan. Sungguh, Maha Dahsyat, yang Maha membolak balikkan hati setiap insan. Keyakinan kepada Allah tidak akan menjadi sebuah kekuatan tanpa adanya kedekatan denganNya. KebesaranNya yang mampu mengubah semuanya.
Kekuatan keyakinan menghantarkan kita pada keberhasilan. Kekuatan keyakinan itu dimana kita yakin akan Allah, menyerahkan semua kepada Allah dengan ikhtiar terbaik dan merelakan semuanya dengan Allah SWT. Keyakinan bahwa kita mampu melakukan yang terbaik dan mendapatkan apa yang telah kita usahakan bukan mendapatkan apa yang kita inginkan. Karena Allah SWT sesuai dengan prasangka hambaNya. Memahami tentang hakikat rela dengan Allah dan rela kepada Allah yang nantinya aan menghantarkan kita pada manusia yang ikhlas. Rela dengan Allah artinya hati kita rela menerima eksistensi, keberadaan, kuasa Allah dan segala konsekuensi atas kerelaan itu. Sedangkan rela kepada Allah yaitu kerelaan kita untuk menerima apa yang diberikan Allah kepada kita, rela menerima ketetapan-ketetapan Allah. Rela dan ikhlas terhadap apapun yang Allah berikan kepada kita, baik itu kegagalan maupun keberhasilan.
Banyak kisah tentang kekuatan keyakinan kepada Allah SWT, salah satunya saya sendiri yang mengalami hal tersebut, betapa kekuatan keyakinan memiliki dampak yang dahsyat. Sebuah keyakinan, ketika saya mengikuti sebuah perlombaan yang membutuhkan keyakinan yang kuat, dan saat itulah saya diuji. Saat saya merasa menjadi orang yang tidak pantas berada dalam kompetisi tersebut, saat saya merasa menjadi orang yang saat bodoh, lemah dan tak berdaya. Dengan ikhtiar terbaik, dan dengan azam yang kuat, saya diingatkan bahwa saya memiliki Dzat yang Maha kuat, Dzat yang Maha dahsyat. Saya yakin Allah-lah yang akan menolong hambaNya yang lemah, Allah-lah yang akan menjadikan hal yang tidak mungkin itu menjadi mungkin.
Saya kemudian bertekad dan berazam dalam hati, bahwa Allah-lah yang berkuasa atas semua ini. Ketika saya meyakini saya bisa, maka itu-lah yang akan terjadi, begitu pula ketika meyakini tidak bisa, maka itu pula-lah yang akan terjadi. Saya yakin ada Allah SWT yang senantiasa ada untuk hambaNya, memberikan karunia tanpa diminta oleh hambaNya sekalipun. Dan ketika itu saya memiliki keyakinan yang kuat, bahwa saya BISA. Dan itulah yang terjadi, saya yang secara tampak mata adalah orang yang tidak lebih dari mereka yang lain. Tapi dengan keterbatasan itu menjadikan saya yang teratas, dengan bekal kekuatan keyakinan dan ikhtiar terbaik kepada Allah SWT.
Adakalanya memang suatu ketidakyakinan dan kegagalan itu memang diperlukan, untuk membangkitkan semangat dan keyakinan akan kemampuan yang kita miliki, akan tetapi sesuai dengan porsi masing-masing. Berbekal keyakinan kepada Allah, kerelaan dengan Allah dan iktiar terbaiklah merupakan perpaduan kunci untuk mencapai sebuah kesuksesan. Karena Allah ta’ala.
Wallahu ‘alam bishowab.

Tiba-Tiba, Aku Bisa.. tapi Tidak Ada Yang Tiba-Tiba, Semua ada Awal dan Akhirnya

Tertulis dalam barisan mimpi yang tersusun rapi di sebuah buku usang, yang kini hilang. Semoga yang membacanya dan yang menemukannya meng”amini” nya. Semua tersusun rapi, 100 mimpi kubaca dengan derai air mata bersama kawan-kawan mentoring (kala itu).
Masih ingat, dalam barisan itu tertulis “Menjadi Mawapres Undip”, entah apakah hanya ikut-ikutan ataukah sebuah impian, yang jelas itu adalah sebuah harapan yang akan menjadi kenyataan. Seperti hal nya dalam sebuah buku “Semut Mengalahkan Gajah”, bahwa manusia diciptakan dengan berbagai potensi, saya pun yakin bahwa saya juga diciptakan dengan potensi yang luar biasa.
Berawal dari tanggal 30 Januari 2010, saya mendapat sebuah ucapan selamat ulang tahun yang berbeda dengan yang lainnya. Kali ini adalah sebuah tantangan dari seorang Guru, beliau berkata, “Saya tunggu prestasimu satu tahun kedepan”. Menghujam. Dari situlah diri ini berazam untuk menjawab tantangan tersebut.
Tidak hanya itu, semangat tertanam dalam diri saya untuk memberikan yang terbaik untuk kedua orang tua saya, karena selama ini belum ada hal yang membuat orang tua saya bahagia. Fokus pada cita-cita dan ingat perjuangan orang tua, itulah kuncinya.
Berlanjut, November 2010. Membaca sebuah pengumuman tentang “Academic Award”. Tidak saya pedulikan awalnya, entah sejak kapan ada rasa minder yang menyelimuti hati saya. Tapi itu bukan saya. Hingga menjelang akhir penutupan pendaftaran, baru saya sadar, bahwa kesempatan tidak akan datang dua kali. Karena sebenarnya kesempatan datang kepada siapapun, bedanya adalah siapa yang mampu memanfaatkan kesempatan itu. Saya merasa tak berguna ketika banyak materi pembinaan yang saya dapat, tidak saya terapkan. Lolos atau tidak, yang terpenting adalah saya berani mencoba, itulah yang tersirat dalam benak saya. Akhirnya saya memberanikan diri untuk mendaftar kompetisi tersebut. Walaupun ada beberapa pembunuh impian yang berdatangan dari orang-orang yang tak berani memanfaatkan sebuah kesempatan. Acuhkan sajalah, saya fikir itu sebuah penyemangat bagi saya.
26 November 2010, pengumuman 7 besar finalis Academic Award 2010. Saya tercantum dalam daftar tersebut. Alhamdulillah, itu yang terucap. Berlanjut ketahap berikutnya, penugasan pembuatan makalah observasi dengan jangka waktu 2 hari, tanggal 28 November 2010 dikumpulkan, begitulah kira-kira paparan ketua panitia Academic Award 2010. Sempat pesimis, karena teman-teman yang lainsudah mempunyai tema makalah masing-masing, hingga hari selanjutnya belum terlintas ide dalam benak saya.
Hingga jam 3 sore saya baru mendapatkan ide dan harus melakukan observasi hari itu juga. Keterbatasan yang menjadi tantangan luar biasa bagi saya, tapi saya yakin bahwa optimisme saya mengalahkan keterbatasan saya. Memulai observasi dengan jalan kaki, memutar pikiran untuk mencari pinjaman kamera, serta laptop. Observasi berjalan selama 3 jam, sangat singkat. Dengan mengambil tema pemeliharaan sapi perah di kampus yang sangat mengenaskan, Animal Welfare. Pesimis kembali menggelayuti diri saya, hingga saat-saat pengumpulan makalah belum terselesaikan. Masih ada waktu, dan saya harus tetap berjuang untuk menyelesaikannya, bahkan hampir menyerah. Hanya keyakinan padaNya-lah yang membuat saya bertahan. Penuh ketegangan ketika melewati menit-menit terakhir. “Robbishrohli sodri wa yaa sirli amri wahlul u’datammillisani yaf qohul qohuli”
Saya Bisa. Detik-detik menegangkan itu pun berakhir, makalah telah terkumpul. Apapun hasilnya nanti, banyak ibroh yang dapat saya ambil dari semua ini. Bahwa saya adalah pemenang, pemenang atas diri saya, pemenang atas keterbatasan-keterbatasan saya, pemenang atas ketakutan saya, pemenang atas sifat pesimis saya. Saat itu saya merasa menjadi orang yang terbebas dari sebuah belenggu. Saya sadar bahwa kemenangan itu bukan dimana kita dapat mengalahkan lawan kita, kesuksesan bukanlah saat kita bisa mendapatkan segala yang kita inginkan. Tetapi kemenangan adalah saat kita mampu mengalahkan kelemahan-kelemahan dalam diri kita, kemenangan adalah saat kita bangkit dari keterpurukan, saat kita berani mencoba dan berani melakukan hal yang terbaik. Saya sangat bersyukur kepada Allah SWT atas segala tantangan yang diberikan kepada saya, hingga saya dapat memaknai arti dari sebuah tantangan.
Selasa, 1 Desenber 2010 pengumuman 5 besar. Saya sangat menaruh harapan, akan tetapi ambisius bukan sifat saya. Hingga maju ke babak final, dituntut untuk presentasi, dan kemampuan berbahasa Inggris. Tantanga yang luar biasa, mengingat hal itu bukan expert saya. Seorang teman yang sangat berjasa pada waktu itu, menyemangati saya. “Allah never leaves us alone, Jend, show your best performent, Allah is always by your side, and I’ll always by your side too”. Itulah yang dikatakan teman saya, yang membuat saya harus tetap berjuang.
Rabu, 2 Desember 2010 barulah saya membuat bahan slide presentasi dengan modal keyakinan, bahwa saya BISA. Hingga saat-saat presentasi, saya mendapat urutan kedua, Bismillah. Presentasi berjalan dengan lancar. Dengan penampilan berbaju dan jilbab merah menunjukkan optimisme saya, serta senyum optimis. Saya pasti bisa. Tidak menyangka juri antusias dengan presentasi dan makalah yang saya buat.
Hingga pengumuman pun tiba. Tidak pernah mengira sebelumnya. Allah Maha Adil. Saat itu terdengar ponsel berdering, Ayah. Saya angkat telpon itu, sontak Ayah bertanya bagaimana hasilnya. ALHAMDULILLAH. Itu yang terucap dari bibir saya. Serentak Ibu pun bertanya hal yang sama. Mendengar ucapan syukur yang beliau terucap dengan tawa bahagia yang selama ini belum pernah terdengar dari bibir mereka. Sontak air mata ini berjatuhan. Bukan karena saya memenangkan Academic Award, tapi mendengar tawa bahagia Ibu dan Ayah itu lebih dari segalanya. Terima kasih Ya Rabb. Allah senantiasa menberikan apa yang kita butuhkan. Membahagiakan orang tua dan menjawab tantangan dari seorang guru, hampir satu tahun sudah. Dan, saya pun mampu mengalahkan kekerdilan yang ada dalam diri saya.
Semua ini adalah awal dari sebuah kesuksesan-kesuksesan yang akan menyusul dikemudian hari, entah sekarang ataupun nanti. Allah selalu memberikan yang terbaik untuk kita. Menuju Mawapres Undip 2012. Yakin Bisa Pasti Bisa!

Alhamdulillah, Thank’s GOD. Terima kasih kepada semua pihak yang senantiasa memberikan semangat kepada saya, terima kasih atas segala inspirasinya. Bapak, Ibu, orang tua terbaik di dunia. Nurul Arifah my best friend, thank’s for your spirit and inspiration. Pak Pariman Siregar, yang setahun lalu telah memberikan Coment di status Facebook saya dengan tantangan yang luar biasa bagi saya. Keluarga besar Etos Semarang yang senantiasa mendukung saya. Seluruh kawan-kawan, kakak-kakak, dan saudara-saudara saya. I’m nothing wihtout you.
Dan, akan menuyusul impian-impian itu menjadi nyata.