Rabu, 31 Oktober 2012

Ojo Sugetan


22-10-2012; 16.02 WIB

Sebuah perasaan yang biasanya sering melanda setiap orang, disadari atau tidak rasa ini memang menyerang seperti virus yang tidak pandang bulu kapan melandanya. Sulit diungkapkan dengan bahasa Indonesia yang benar, saya pun belum menemukan kata yang tepat untuk menggambarkan hal itu. Rasanya semacam rasa dengki, cemberut di sertai muka yang kusut, galau, temperamen, sensitive, dan sebagainya-lah. Yang jelas rasa ini berhubungan dengan Mood. Tetapi rasa ini datang secara spontan seperti jelangkung datang tak dijemput pulang tak diantar. Menyeramkan.


Anda mungkin bisa membayangkan tidak enaknya rasa ‘sugetan’ itu. Dan disadari atau tidak kita pernah merasakannya, yang membedakan adalah cara kita me-manage perasaan itu. Ada tipe orang yang sudah ‘terbiasa’ dengan rasa itu, alias ‘sugetan’ sudah menjadi karakter yang mendarah daging dalam dirinya, ada yang memang bisa menutupi perasaan itu dengan rekayasa emosi, dan adapula yang mampu melawan rasa itu dengan tidak membiarkan hatinya terbuka untuk hal-hal semacam itu. Orang semacam ini yang limited edition. Hanya orang yang memiliki kadar Emotional Quotion dan Spiritual Quotion tinggi yang mampu mengatasi perasaan ini. Manajemen Emosi, lebih tepatnya.

Secara tidak sadar, perasaan ini akan mengganggu kinerja kita, baik otak, fisik maupun hati kita dalam beraktivitas. Pengaruh rasa ini sangat dahsyat (red: buruk) untuk perkembangan kesuksesan kita kedepan. Karena, apapun yang kita rasakan –berhubungan dengan hati dan sugesti- secara nyata berpengaruh terhadap kondisi fisik kita. Sebagai contoh, ketika kita kehujanan dan kita berpikir bahwa kita akan masuk angin, maka yang terjadi adalah apa yang ada di pikiran dan hati kita. Perihal sugesti. Percayalah, pikiran dan perasaan negative (red: sugetan) itu jauh tidak lebih baik dari berpikiran positif.

Oleh karena itu, sugetan dan segala antek-anteknya harus kita putus dari sekarang dengan tidak membuka hati dan membiarkan rasa itu merasuki dan meracuni hati kita. Yuk berupaya untuk menjauhi rasa itu, dengan selalu tersenyum apapun kondisi yang menimpa kita. Selalu dekat dengan Allah dan senantiasa mengerjakan amalan-amalan sunah. Selalu bersikap tenang dalam mengadapi setiap masalah, segenting apapun. Senantiasa segera mengambil hikmah dan ibroh dari setiap peristiwa yang terjadi, serta tidak terburu-buru dalam mengambil tindakan (red: reaksioner). Yang terpenting adalah menjaga hati dan pikiran untuk senantiasa positif dan bersih dari penyakit hati (ingat: dasa dharma ke-10).
Well, everything has its time. Semua butuh proses. Dan saya sedang berproses dengan belajar dan mengamati kondisi sekitar.

Wallahu’alam bishawab.

0 komentar: