“Suatu malam yang ramai dengan hilir mudik para pengendara motor, si fulanah menyusuri pinggiran jalan dibawah sinar rembulan yang malu untuk menampakkan wajahnya, sendiri. Ada sedikit kekhawatiran saat itu, sedikit perasaan takut yang membumbui perasaannya malam itu, akan tetapi perasaan itu terkalahkan oleh perasaan cintanya kepada Sang Khalik, yang menciptakan siang dan malam. Lantunan dzikir membasahi bibirnya. Berpasrah itulah yang diinginkannya. Untuk meneguhkan hati dan mengobati rasa lapar yang sudah ditahan sejak pagi, ia mampir kesebuah warung makan dan membeli sebungkus nasi. Ditengah-tengah perjalanan, fulanah menjumpai seorang wanita tua yang sedang tertidur pulas di emperan pos kampling. Wajahnya menampakkan keletihan yang amat mendalam, nampak jelas banyak beban yang terpendam pada wanita tua itu, hingga membebaskan dirinya tertidur ditempat manapun. Ingin menangis rasanya, seraya bertanya-tanya dalam hati, kemana anak-anaknya? Kemana suaminya? Kemana keluarganya?..
Ya Rabb.. sungguh tega nian orang yang mengabaikan orang tuanya. Tanpa berpikir panjang, fulanah meletakkan bungkusan nasi yang ia pegang didekat tubuh wanita tua yang sedang tertidur pulas itu. Kemudian ia mendoakan wanita itu untuk kemuliaan, lantas ia melanjutkan perjalaannya.
...dan keajaiban-keajaiban itu mulai datang, kemudahan-kemudahan itu mulai menghampiri fulanah. Dihari berikutnya, kemudahan itu menghampiri disaat ia menyerahkan segala permasalahan dalam hidupnya pada Sang Pencipta. Ditengah perasaan galau, dan merasa dirinya tidak berprestasi dari yang lainnya, disitulah ia banyak belajar akan ketulusan cinta, bukan untuk mengharap puji dari manusia, akan tetapi dihadapanNYa lebih utama. Ketika ia mengikuti beberapa perlombaan yang belum pernah ia juarai, ia sangat terkaget ketika cintanya kepada Sang Khalik dijawab melalui ini, ia menjadi juara dalam beberapa perlomban yang ia ikuti. Dan masih banyak kemudahan-kemudahan lain yang dijumpai ketika menyerahkan semua padaNya dengan menyerahkan cinta hanya padaNya.”
Sebuah penggalan cerita diatas merupakan pengalaman kecil yang mungkin tidak berarti bagi kebanyakan orang, karena memang belum mengetahui secara runtut dan pasti tentang cerita tersebut, terlebih belum mengalami dan membuktikan sendiri. Banyak pengalaman spiritul yang menghampiri, ketika kita sedang dekat dengan Sang Khalik.
Disini saya belajar banyak tentang makna cinta, bahwa cinta merupakan sesuatu hal yang tidak dapat diungkapkan dengan kata demi kata, akan tetapi dapat dirasakan didalam kalbu. Cinta merupakan fitrah dari Yang Mahakuasa yang dimiliki setiap insan didunia. Akan tetapi kebanyakan orang menyalahartika tentang makna cinta. Pengalaman-pengalaman spiritual yang luar biasa, yang sering dialami itu bisa disebut buah dari cinta. Bukan cinta kepada manusia, lebih dari itu. Yakni cinta kepada Sang Pencipta, Allah SWT. Ingat sebuah syair, “cinta pada harta kelak kan musnah binasa, cinta pada bunga kelak kan musnah binasa, akhirnya”. Yap, begitulah cinta kepada Sang pencipta harus diatas segala cinta. Keyakinan akan kekuatan cintaNya, akan membuat hidup semakin bermakna dan semakin mudah, apapun dan seberapa pun beratnya tantangan. Ketika kita menyerahkan segalanya kepadaNya dengan ikhtiar yang maksimal, maka kemudahan dan kesuksesan yang akan didapat.
“Bukan sesuatu yang mencemaskan
ketika kamu kebingungan menentukan jalan hidupmu,
tetapi yang membahayakan adalah
ketika kamu telah dikuasai oleh hawa nafsu.”
“Tak ada sesuatu yang kamu cintai dan tidak menjadikanmu sebagai hambanya,
dan Dia tidak menyukai kamu menjadi hamba selain-Nya.”
(Al Hikam, Ibn ‘Athaillah)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar