Minggu, 07 April 2013

Kaum Intelektual: Melek Regulasi, Jangan Mau Dibodohi



        
    Kaum intelektual, sudah menjadi julukan yang melekat kepada para mahasiswa akhir dekade ini. Peran sertanya amat ditunggu masyarakat dalam melakukan perubahan bagi bangsa ini. Bagi masyarakat awam, mahasiswa adalah kaum serba bisa yang dituntut untuk mampu memberikan kebermanfaatan bagi masyarakat. Tingkah polahnya selalu menjadi sorotan banyak orang. Statusnya selalu membuat gentar para pemain pentas politik Indonesia, karena takut didemo. Pemikirannya dinantikan untuk memberikan gagasan-gagasan baru guna memberikan inovasi untuk Indonesia lebih baik.
            Menyandang predikat sebagai mahasiswa bukan hanya untuk gagah-gagahan semata, tetapi terdapat tugas yang tersirat didalamnya. Bukan permainan. Dibidang apapun itu mahasiswa perlu mau dan tahu tentang permasalahan-permasalahan sedang dialami bangsa ini. Tidak muluk-muluk, tetapi sudah banyak pengusaha-pengusaha yang mampu memberikan sumbangsihnya bagi perekonomian Indonesia, memberikan lapangan pekerjaan baru. Sudah banyak pula dosen-dosen yang terus setia mengabdi dan mendidik kaum intelektual itu dengan harapan mampu memberikan perubahan bagi Indonesia. Tidak bisa dipungkiri pula, para pejabat baik di tataran eksekutif maupun legislatif dulunya juga menyandang predikat mahasiswa. Terlepas dari berbagai kasus yang terjadi. Mereka semua dulu pernah digodog untuk menjadi mahasiswa yang kelak akan memberikan kontribusi untuk bangsa ini.
           
Mengingat betapa mahasiswa digadang-gadang oleh banyak orang untuk perbaikan bangsa ini, perlu kita tanyakan pada pribadi kita masing-masing, apa saja yang sudah kita lakukan untuk menjadi sosok yang digadang-gadang tersebut. Apakah kita hanya sibuk dengan diri pribadi saja, ataukah sudah memberikan kebermanfaatan untuk sesama.
            Sebagai mahasiswa khususnya di bidang peternakan, banyak hal yang bisa kita lakukan untuk berkontribusi dan menyiapkan diri untuk membawa perubahan bagi bangsa ini, bagi peternakan Indonesia. Bukan hanya asyik berkutat dengan laporan atau tugas yang terkadang menjebak kita untuk bersikap asosial. Sadari kawan, kita bisa melakukan lebih dari itu. Pemikiran kita sebagai mahasiswa peternakan sedang dinantikan untuk perbaikan peternakan Indonesia, bisa melalui tulisan, gagasan ataupun kontribusi langsung kepada masyarakat.
            Mari kita pikirkan bersama, hal sepele tetapi cukup sarat akan makna. Berbagai kasus dan permasalahan yang kini sedang menimpa sektor peternakan dan pertanian. Mulai dari daging sapi yang harganya melangit, pasokan bawang yang sangat langka, pergolakan pasar yang menyeret berbagai kasus yang ‘terkonspirasi’ hingga regulasi yang tidak pakem dan jelas. Dari sekian permasalahan yang ada, sudahkah kita sebagai mahasiswa melek terhadap kondisi yang ada, sudahkah kita paham tentang bagaimana regulasi yang ada. Tampaknya kita cukup buta akan berbagai kasus dan regulasi di dunia peternakan. Lalu apa yang selama ini kita lakukan? Sejatinya, kalau saja kita melek terhadap berbagai regulasi dan permasalahan yang sedang dihadapi ini, kita mampu memberikan gagasan untuk perbaikan itu semua, dan dalam eksekusinya dapat kita curahkan dengan jalur intelek.
            Mari kita sadari, tugas utama mahasiswa memang untuk menuntut ilmu. Kendati demikian, akan menjadi point plus ketika kita juga memperkaya diri dengan berbagai aktivitas penunjang soft skill yang sejatinya membekali kita untuk tangguh dan kritis dalam menghadapi berbagai kondisi yang ada. Tidak hanya berkutat dengan rutinitas-rutinitas yang terkadang menjebak kita pada stagnasi. Oleh karena itu, mari kita menyibukkan diri dengan berbagai aktivitas yang mampu memperkaya kompetensi diri agar kelak kita menjadi orang yang siap dalam menghadapi masyarakat. Hal kecil yang bisa kita lakukan adalah memperbanyak forum-forum diskusi, membaca, dan menulis, agar kita melek regulasi, tidak dibodohi (oleh keadaan)! []


             
            

0 komentar: