Kaum intelektual, sudah menjadi
julukan yang melekat kepada para mahasiswa akhir dekade ini. Peran sertanya
amat ditunggu masyarakat dalam melakukan perubahan bagi bangsa ini. Bagi
masyarakat awam, mahasiswa adalah kaum serba bisa yang dituntut untuk mampu
memberikan kebermanfaatan bagi masyarakat. Tingkah polahnya selalu menjadi
sorotan banyak orang. Statusnya selalu membuat gentar para pemain pentas
politik Indonesia, karena takut didemo. Pemikirannya dinantikan untuk
memberikan gagasan-gagasan baru guna memberikan inovasi untuk Indonesia lebih
baik.
Menyandang predikat sebagai
mahasiswa bukan hanya untuk gagah-gagahan
semata, tetapi terdapat tugas yang tersirat didalamnya. Bukan permainan.
Dibidang apapun itu mahasiswa perlu mau dan tahu tentang permasalahan-permasalahan
sedang dialami bangsa ini. Tidak muluk-muluk, tetapi sudah banyak
pengusaha-pengusaha yang mampu memberikan sumbangsihnya bagi perekonomian
Indonesia, memberikan lapangan pekerjaan baru. Sudah banyak pula dosen-dosen
yang terus setia mengabdi dan mendidik kaum intelektual itu dengan harapan
mampu memberikan perubahan bagi Indonesia. Tidak bisa dipungkiri pula, para
pejabat baik di tataran eksekutif maupun legislatif dulunya juga menyandang
predikat mahasiswa. Terlepas dari berbagai kasus yang terjadi. Mereka semua
dulu pernah digodog untuk menjadi
mahasiswa yang kelak akan memberikan kontribusi untuk bangsa ini.
Mengingat betapa mahasiswa
digadang-gadang oleh banyak orang untuk perbaikan bangsa ini, perlu kita
tanyakan pada pribadi kita masing-masing, apa saja yang sudah kita lakukan
untuk menjadi sosok yang digadang-gadang tersebut. Apakah kita hanya sibuk
dengan diri pribadi saja, ataukah sudah memberikan kebermanfaatan untuk sesama.
Sebagai mahasiswa khususnya di
bidang peternakan, banyak hal yang bisa kita lakukan untuk berkontribusi dan
menyiapkan diri untuk membawa perubahan bagi bangsa ini, bagi peternakan
Indonesia. Bukan hanya asyik berkutat
dengan laporan atau tugas yang terkadang menjebak kita untuk bersikap asosial.
Sadari kawan, kita bisa melakukan lebih dari itu. Pemikiran kita sebagai
mahasiswa peternakan sedang dinantikan untuk perbaikan peternakan Indonesia,
bisa melalui tulisan, gagasan ataupun kontribusi langsung kepada masyarakat.
Mari kita pikirkan bersama, hal sepele tetapi cukup sarat akan makna.
Berbagai kasus dan permasalahan yang kini sedang menimpa sektor peternakan dan
pertanian. Mulai dari daging sapi yang harganya melangit, pasokan bawang yang
sangat langka, pergolakan pasar yang menyeret berbagai kasus yang ‘terkonspirasi’
hingga regulasi yang tidak pakem dan jelas. Dari sekian permasalahan yang ada,
sudahkah kita sebagai mahasiswa melek
terhadap kondisi yang ada, sudahkah kita paham tentang bagaimana regulasi yang
ada. Tampaknya kita cukup buta akan berbagai kasus dan regulasi di dunia
peternakan. Lalu apa yang selama ini kita lakukan? Sejatinya, kalau saja kita melek terhadap berbagai regulasi dan
permasalahan yang sedang dihadapi ini, kita mampu memberikan gagasan untuk
perbaikan itu semua, dan dalam eksekusinya dapat kita curahkan dengan jalur
intelek.
Mari kita sadari, tugas utama
mahasiswa memang untuk menuntut ilmu. Kendati demikian, akan menjadi point plus
ketika kita juga memperkaya diri dengan berbagai aktivitas penunjang soft skill yang sejatinya membekali kita
untuk tangguh dan kritis dalam menghadapi berbagai kondisi yang ada. Tidak
hanya berkutat dengan rutinitas-rutinitas yang terkadang menjebak kita pada
stagnasi. Oleh karena itu, mari kita menyibukkan diri dengan berbagai aktivitas
yang mampu memperkaya kompetensi diri agar kelak kita menjadi orang yang siap
dalam menghadapi masyarakat. Hal kecil yang bisa kita lakukan adalah
memperbanyak forum-forum diskusi, membaca, dan menulis, agar kita melek
regulasi, tidak dibodohi (oleh keadaan)! []
0 komentar:
Posting Komentar