Selasa, 19 Juni 2012

Kita, Berencana dan Berupaya


-Essay-

Oleh:
Siti Aminah Yendy
Fakultas Peternakan dan Pertanian UNDIP
Angkatan 2009

Awalnya tidak pernah terbayangkan bahwa saya akan menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi seperti sekarang ini. Dan saat itu, terlintas dalam benak saya bahwa saya harus mengubah kondisi ekonomi keluarga saya, dan itu tidak akan dapat saya lakukan apabila saya hanya lulusan SMA. Oleh karena itu saya memutuskan dan membujuk orang tua saya untuk mengijinkan saya melanjutkan kuliah.
Memilih jurusan Peternakan seperti sekarang pun dulu juga belum terpikirkan. Yang terpenting adalah bagaimana saya bisa kuliah. Berawal dari potensi lokal yang ada didaerah saya, Wonogiri yang mayoritas penduduknya memiliki ternak peliharaan. Sebuah potensi yang apabila dikembangkan akan mampu mensejahterakan masyarakat sekitar. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa pemeliharaan ternak yang ada di Wonogiri hanya sebatas pemeliharaan tradisional dan seadanya, belum ada upaya pengembangan sektor peternakan. Kemudian saya berpikir bahwa ketika peternakan rakyat itu dikelola dengan manajemen yang baik, maka dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Sehingga saya mencoba menekuni bidang peternakan dengan harapan kelak ketika saya sudah dinyatakan sebagai sarjana peternakan, saya mampu memberdayakan potensi yang ada di daerah saya, dan memberdayakan masyarakat sekitar, bali ndeso mbangun ndeso. Mengingat, peternakan adalah salah satu sektor yang mayoritas ada disetiap daerah, dan terlebih kebutuhan manusia akan protein itu semakin meningkat.
Saya adalah orang yang sangat beruntung berada dalam keluarga yang senantiasa saling meningatkan dalam kebaikan, saling mendukung dan memotivasi dalam pencapaian cita-cita. Tetapi, terkadang aral pun tidak mau ketinggalan melintang dalam roda kehidupan manusia. Yah, begitulah kehidupan, setiap orang pasti melewati masa-masa dimana ia mendapatkan kemudahan dan kesuksesan. Akan tetapi, suatu saat tantangan untuk membuat diri semakin survive itu pun pasti akan datang. Dan, saat ini Allah sedang menguji saya dengan kondisi ekonomi yang sedang bergejolak, inilah salah satu bentuk kasih sayangNya pada saya, bahwa Ia ingin saya harus belajar lebih banyak tentang arti hidup ini.
Kondisi ayah saya sebagai seorang pedagang mainan anak-anak yang menjajakkan barang dagangannya di Jakarta dengan berjalan puluhan kilometer, yang kemudian mengharuskan saya untuk mencari uang sendiri untuk kebutuhan hidup selama kuliah. Mengingat penghasilan ayah yang tidak pasti itu belum mampu mencukupi kebutuhan keluarga kami. Oleh karena itu, saya mengajukan permohonan beasiswa Karya Salemba Empat ini, karena saya harus terus belajar.
Kondisi ekonomi yang bergejolak tersebut tidak lantas menyurutkan langkah saya untuk kuliah dan bertahan hidup di kota rantauan. Hal ini malah menjadi pembelajaran hidup yang sangat berarti bagi saya. Bahwa hidup itu penuh dengan perjuangan, bahwa kemenangan itu bukanlah disaat saya mampu mengalahkan lawan tetapi disaat saya mampu mengalahkan kekerdilan dalam diri saya, disaat saya mampu bangkit dari keterpurukan, dan disaat saya harus terus berjuang demi kebahagiaan orang-orang terbaik yang Allah hadirkan untuk saya.
Menjadi orang yang bermanfaat bagi sesama merupakan harapan bagi setiap orang. Itulah yang saya harapkan kedepan. Dengan berbekal keahlian dibidang yang saya tekuni sekarang, setelah lulus saya ingin bekerja di Kementerian Pertanian RI. Menjadi bagian dari pembangunan bangsa di sektor peternakan dan pertanian adalah impian saya. Selain itu, saya berencana untuk merintis sebuah peternakan madani di daerah asal saya dari sektor hulu hingga hilir. Dengan begitu, saya dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat sekaligus dapat memberdayakan masyarakat. Harapan lain adalah saya ingi mendirikan sebuah lembaga masyarakat yang bergerak dalam bidang pendidikan terutama bagi anak yang kurang mampu dan anak yatim. Yah, memang harapan ini hanya akan menjadi angan-angan belaka apabila tidak ada usaha untuk mewujudkannya. Karena saya ingin menjadi penyebab kebahagiaan orang lain. Sebagai manusia, hanyalah bisa berencana dan berupaya, Allah lah yang menentukannya. Man jadda wa jadda!

0 komentar: