Indonesia
dikenal memiliki keanekaragaman kekayaan budaya, tradisi, kekayaan
hayati dan ekosistem. Namun, jarang yang mengenal, bahkan rakyat
Imdonesia pun masih banyak yang tidak sadar bahwa mereka sedang
berada di sebuah tanah yang Gemah
ripah loh jinawi.
Potensi
Indonesia sangatlah besar baik dari sumber daya alamnya maupun sumber
daya manusianya. Hampir seluruh sumber daya alam yang ada di bumi ini
dimiliki oleh bumi Indonesia. Kalau di Arab, ketika minyak bumi
habis, “matilah” bangsa Arab. Tapi kalau di Indonesia, minyak
bumi habis, masih ada batu bara. Batu bara habis, masih ada air.
Masih ada peternakan, perkebunan, perikanan, perhutanan, Belum lagi
kita juga memiliki emas, perak, intan. Lalu kita juga punya potensi
pariwisata yang juga cukup besar. Selain itu kita juga punya baja,
aluminium dan besi. Tetapi memang, potensi alam yang demikian kaya
juga jumlah SDM yang cukup besar tidak diikuti oleh kualitas SDM-nya.
Menurut data dari UNDP, Human Development Index (HDI) manusia
Indonesia tahun 2007-2008 hanya 0.728 berada pada urutan ke-107, satu
tingkat di bawah negara Palestina (0.731). Fakta ini menjadi
tantangan tersendiri untuk dapat merubah Indonesia ke arah yang lebih
baik.
Jika
kita ingin merubah Indonesia ke arah yang jauh lebih baik, maka kita
harus, selain melakukan kerja-kerja nyata yang lain, melakukan
perubahan persepsi kita dalam memandang manusia dan bangsa Indonesia.
Kita harus memiliki persepsi bahwa bangsa kita adalah bangsa yang
besar potensinya. Perubahan persepsi inilah yang akan menjadikan kita
memandang positif bangsa Indonesia. Kemudian yang akan memancar dari
diri kita adalah energi positif. Jika perubahan persepsi tadi
dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, maka energi
positif tadi akan membesar dan semakin besar, layaknya snowballing
effect. Nah, ketika energi positif itu semakin membesar dan terus
menjalar ke dalam setiap pori-pori tubuh bangsa Indonesia, maka yang
akan kita dapatkan adalah juga hal-hal positif, yangt idak lain
adalah kejayaan, kemakmuran dan kesejahteraan itu sendiri.
Menggali
potensi Nusantara adalah sebuah pekerjaan besar yang memerlukan
kesungguhan dan cita-cita besar. Juga memerlukan wawasan menembus
cakrawala bepikir kita untuk kemudian diamalkan dan diperjuangkan.
Hanya sekedar berbangga dengan sejarah emas, maka itu tidak akan
membuahkan apa-apa karena sejarah adalah karya orang-orang terdahulu.
Masa kini adalah lembaran karya kita untuk ditulis juga dengan
tinta emas untuk dipersembahkan kepada Tuhan sebagai amal ibadah
kita.
Sungguh
beruntung umat manusia yang tinggal di tanah yang kaya raya.
Sementara sebagian manusia yang lain tinggal di tanah yang gersang
dan kosong. Namun dalam pahatan catatan sejarah, kita selalu
menyaksikan bahwa kesejahteraan hidup yang dambakan juga mengalir
kepada manusia-manusia yang berada jauh dari tanah yang kaya raya.
Sering juga terjadi ketidakadilan, ketika manusia yang mewarisi
bumi yang kaya justru tidak tersisihkan oleh mereka yang datang dari
tempat jauh gersang.
Karena
itulah kita menyadari, sebanyak apapun sumberdaya alam yang kita
warisi tidak akan berarti jika tidak ada sumberdaya manusia yang
mampu mengolahnya dan menggunakannya untuk kebaikan bersama.
Sumberdaya manusia adalah potensi kita yang sesungguhnya.
Potensi
lain,
bahwa manusia adalah makhluk paling sempurna yang Tuhan ciptakan.
Manusia tidak hanya memiliki tubuh fisik, namun beserta tubuh fisik
itu ada ruhani yang menjadi penggeraknya. Ibarat komputer yang kita
gunakan, ada hardware dan ada software. Ketika kita sebutkan tentang
’software’ tentu yang dimaksud bukan sekedar rekaman kode yang
tersimpan dalam piringan magnetik, namun ‘kecerdasan’ yang
dituliskan di dalamnya. Begitu juga dengan ruhani, tentu yang
dimaksudkan bukan rangkaian fenomena kimia-listrik yang terjadi dalam
otak dan syaraf kita, namun suatu ‘kesadaran’ di sebaliknya yang
menggerakkannya. Itulah yang potensi manusia yang sesungguhnya.
Ruhani
manusia terdiri atas tiga unsur akal, nafsu, hati/ruh. Akal
adalah satu potensi ruhani manusia yang berperanan menerima
informasi, menyimpan, mengolah dan menyajikannya kembali. Nafsu
adalah potensi ruhani manusia yang menjadikan manusia memiliki
dorongan kehendak berdasarkan rangsangan yang diterima oleh akal
maupun hati. Hati
perperanan dalam berperasaan dan menentukan apa saja perbuatan
manusia sekalipun bertentangan dengan hasil kajian akal maupun
dorongan nafsu. Karena itulah hati disebut raja dalam diri,
sedangkan akal adalah penasehatnya dan nafsu adalah golongan yang
menjadi pembisik kepada raja.
Menggali
potensi Indonesia pada hakekatnya adalah menggali potensi ruhani
manusia melalui tiga jalan berikut ini:
- Membersihkan hati dari segala sifat tercela seperti sombong, ego, berbangga diri, iri dengki, tamak, kikir, penakut, dst. Kemudian mengisinya dengan sifat-sifat terpuji seperti rasa cinta kepada Tuhan dan takut kepada-Nya, sabar, berbaik sangka, pemurah, kasih sayang kepada sesama.
- Mendidik nafsu agar tunduk kepada perintah dan larangan Tuhan sehingga hanya menginginkan kebaikan semata.
- Menajamkan akal dengan ilmu dan pengetahuan yang baik, bersih dan bermanfaat untuk diamalkan demi kebaikan umat manusia.
Jika
ketiga jalan itu telah berhasil ditempuh, maka manusia Indonesia akan
terlahir kembali sebagai manusia nan paripurna, manusia yang unggul
ilmu dan amalnya, mulia akhlak dan budi pekertinya, agung budaya dan
peradabannya. Dengan demikian maka tidak ada penghalang lagi bagi
Tuhan untuk akan menganugerahkan kepada kita sebuah surga yang
disegerakan, surga sebelum surga, sebuah negeri yang gemah
ripah loh jinawi, tata titi tentrem kerta raharja (baldatun
thayibatun wa Rabbul ghafur). Amin.
0 komentar:
Posting Komentar