Sabtu, 25 Maret 2017

Buruknya Perlakuan Orang Tua Terhadap Anak

๐ŸŒพ๐Ÿ’๐ŸŒพ๐Ÿ’๐ŸŒพ๐Ÿ’๐ŸŒพ
Buruknya Perlakuan Orang Tua Terhadap Anak.

๐ŸŒฟ๐Ÿพ๐ŸŒฟ๐Ÿพ๐ŸŒฟ๐Ÿพ๐ŸŒฟ

Saya bertanya pada para peserta seminar, adakah yang belum.pernah memarahi anaknya?

Ternyata ada banyak yang mengangkat tangan.
Saya suprise.
Ini ortu yang luar biasa.

Eh, sayangnya ketika saya tanya punya anak berapa, ternyata mereka yang belum.pernah memarahi anaknya, adalah para lajang dan ortu yang belum punya anak!!
Yaiyalah. Paling marah sama anak orang lain.

Apakah tidak boleh memarahi anak?

Hehe, tolong dijawab ya!

Jawabannya, saya nukilkan beberapa bagian dari buku Tarbiyatul Aulad fil Islam:

"Di antara masalah dalam mendidik anak adalah, jika anak diperlakukan kedua orang tuanya dengan perlakuan kejam, dididik dengan pukulan yang keras dan cemoohan pedas, serta diliputi dengan penghinaan dan ejekan. Dampak yang akan timbul adalah reaksi negative yang tampak pada perilaku dan akhlak anak.

Rasa takut dan cemas akan tampak pada tindakan-tindakan anak. Bahkan bisa jadi jika terlalu berlebihan terjadi kasus tragis anak berani membunuh kedua orang tuanya atau meninggalkan rumahnya demi menyelamatkan diri dari kekejaman, kezaliman, dan perlakuan yang menyakitkan."

Dan dalam kami menangani konseling, telah ada beberapa anak yang berniat membunuh orang tuanya. Beberapa memilih melarikan diri dari rumah.

Dalam buku Tarbiyatul.Aulad fil Islam, selanjutnya ditulis:

"Oleh sebab itu, tidak mengherankan jika anak tersebut menjadi penjahat dalam masyarakat, menjadi anak yang nakal dan menyimpang. Dan tidak aneh pula jika anak itu tumbuh besar dalam suasana timpang dan tidak bermoral."

Gagalnya pendidikan salam keluarga, akan menyumbang pada kerusakan masyarakat.

Selanjutnya ust Abdullah Nasih Ulwan menulis:

"Dengan ajaran-ajaran yang bijak, Islam telah mengatur agar setiap orang yang mempunyai tanggung jawab untuk mengarahkan dan mendidik, terutama orang tua, untuk memiliki akhlak luhur, sikap lemah lembut, dan perilaku berkasih sayang. Sehingga anak akan tumbuh secara istiqamah, terdidik untuk berani dan berdiri sendiri, kemudian merasa bahwa mereka mempunyai harga diri, kehormatan, dan kemuliaan."

Allahu akbar. Akhlaq orang tua dan metode pendidikan yang sesuai tuntunan, akan menyumbang pada keluhuran akhlaq anak.

Selanjutnya:

"Berikut ini merupakan beberapa ajaran Islam tentang akhlak yang luhur:

๐Ÿ’Perlakuan yang penuh kasih sayang dan kelembutan:

Allah SWT berfirman:

ุงِู†َّ ุงู„ู„ّٰู‡َ ูŠَุฃْู…ُุฑُ ุจِุงู„ْุนَุฏْู„ِ ูˆَุงู„ْุงِุญْุณَุงู†ِ ูˆَุงِูŠْุชَุขู‰ِٕ ุฐِู‰ ุงู„ْู‚ُุฑْุจٰู‰......

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil, berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat …..” (QS. An-Nahl: 90)

Dan firman-Nya:

.....ูˆَุงู„ْูƒٰุธِู…ِูŠْู†َ ุงู„ْุบَูŠْุธَ ูˆَุงู„ْุนَุงูِูŠْู†َ ุนَู†ِ ุงู„ู†َّุงุณِ ؕ ูˆَุงู„ู„ّٰู‡ُ ูŠُุญِุจُّ ุงู„ْู…ُุญْุณِู†ِูŠْู†َ

“… dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali-Imran: 134)

Dan firman-Nya:
......ูˆَู‚ُูˆْู„ُูˆْุง ู„ِู„ู†َّุงุณِ ุญُุณْู†ًุง......
“… serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia …” (QS. Al-Baqarah: 83).

Dan firman-Nya pula:

......ูˆَู„َูˆْ ูƒُู†ْุชَ ูَุธًّุง ุบَู„ِูŠْุธَ ุงู„ْู‚َู„ْุจِ ู„َุงู†ْูَุถُّูˆْุง ู…ِู†ْ ุญَูˆْู„ِูƒَ......

“....Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.....” (QS. Ali-Imran: 159)

Catt:
๐Ÿ™ mohon maaf, ayat Alquran tidak dituliskan secara lengkap. Sebagaimana kami kutip dalam buku tarbiyatul Aulad seperti aslinya. ๐Ÿ™

Rasulullah SAW bersabda:

ุฅِู†َّ ุงู„ู„ّٰู‡َ ูŠُุญِุจُّ ุงู„ุฑِّูْู‚َ ูِูŠ ุงู„ْุฃَู…ْุฑِ ูƒُู„ِّู‡ِ.
“Sesungguhnya Allah menyukai kelemah-lembutan di dalam segala hal.” (HR Bukhari)

Rasulullah SAW juga bersabda:

ุงِู†ْ ุงَุฑَุงุฏَ ุงู„ู„ّٰู‡ُ ุชَุนَุงู„ُู‰ ุจِุฃَู‡ْู„ِ ุจَูŠْุชٍ ุฎَูŠْุฑًุง ุฃَุฏْุฎَู„َ ุนَู„َูŠْู‡ِู…ُ ุงู„ุฑِّูْู‚َ ูˆَุฅِู†َّ ุงู„ุฑِّูْู‚َ ู„َูˆْ ูƒَุงู†َ ุฎَู„ْู‚ًุง ู„َู…َّุง ุฑَุฃَู‰ ุงู„ู†َّุงุณُ ุฎَู„ْู‚ًุง ุงَุญْุณَู†َ ู…ِู†ْู‡ُ ูˆَุฅِู†َّ ุงู„ْุนَู†ْูَ ู„َูˆْ ูƒَุงู†َ ุฎَู„ْู‚ًุง ู„َู…َّุง ุฑَุฃَู‰ ุงู„ู†َّุงุณُ ุฎَู„ْู‚ًุง ุฃَู‚ْุจَุญَ ู…ِู†ْู‡ُ.

“Sesungguhnya, jika Allah menghendaki suatu kebaikan bagi suatu keluarga, maka Allah memasukkan kelemah-lembutan kepada mereka. Sekiranya kelemah-lembutan itu adalah perangai, niscaya manusia tidak akan melihat suatu perangai yang lebih baik lagi darinya, dan sekiranya kekerasan itu adalah perangai, niscaya manusia tidak akan melihat suatu bentuk yang lebih jelek daripadanya.”
 (HR. Ahmad dan Baihaqi)

Itulah petunjuk Islam tentang kelemah-lembutan, kebaikan, dan keutamaan di dalam berbicara dan bergaul.

Tidak ada jalan lain yang lebih baik bagi orang tua kecuali melaksanakan apa yang telah digariskan Islam, dan menerapkannya sesuai dengan petunjuk-Nya, jika mereka ingin anak-anak mereka memiliki kehidupan yang mulia, istiqamah secara konsisten dan tingkah laku sosial yang utama.

Jika mereka menempuh cara yang naif, memberikan perlakuan yang kasar dan hukuman yang zalim, maka berarti mereka telah berbuat dosa kepada anak-anak dengan melemparkan anak-anak mereka kepada pola kehidupan yang tidak benar sesuai dengan ajaran Islam, dan ke dalam suasana pendidikan yang salah.

Apabila demikian halnya, yang terjadi adalah mereka kemungkinan akan melihat anak-anaknya tumbuh menyimpang dan durhaka. Sebab yang mereka lakukan adalah menanamkan benih-benih penyimpangan dan kedurhakaan dalam diri anak-anak, sejak mereka masih kecil."

Demikian yanAyah bunda. Tuntunan sudah jelas. Ternyata tidak ada matakuliah kemarahan di dalam mendidik anak.

Lanjuut ya:
"Dikisahkan, pernah seorang laki-laki datang kepada Umar bin Khaththab untuk mengadukan kedurhakaan anaknya. Kemudian Umar mendatangkan anak itu untuk menceritakan kedurhakaannya terhadap bapaknya dan kelalaiannya terhadap hak-hak orang tuanya. Anak itu menjawab, "Wahai Amirul Mukminin, bukankah anak juga memiliki hak-hak yang harus diberikan oleh bapaknya?”

Umar berkata, “Tentu.”
Anak bertanya, “Apakah itu, wahai Amirul Mukminin?”

Umar menjawab, “Memilihkan ibunya (yang sesuai dengan petunjuk Islam), memberikan nama yang baik kepadanya, dan mengajarkan Al-Kitab (Al-Qur’an) kepadanya.”

Anak berkata, “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya ayahku belum pernah melakukan salah satu pun di antara semua itu. Adapun ibuku seorang bangsa Etiopia dari keturunan orang yang beragama Majusi. Ayahku telah memberiku nama Ju’al (kembang kelapa) dan belum pernah mengajarkan satu huruf pun dalam Al-Kitab.”

Kemudian Umar menoleh kepada laki-laki itu dan berkata,
“Engkau telah datang kepadaku untuk mengadukan bahwa anakmu telah berbuat durhaka kepadamu, padahal engkau telah mendurhakainya sebelum ia mendurhakai kamu dan engkau telah berbuat buruk kepadanya sebelum ia berbuat buruk kepadamu.”

Demikian Umar telah menyalahkan laki-laki itu, karena ia telah meremehkan pendidikan anaknya dan tanggung jawabnya agar anak itu tidak berbuat durhaka kepadanya.

Di dalam buku-buku Sirah Nabi, ada sebuah riwayat yang mengatakan bahwa Muawiyah bin Abu Abu Sufyan r.a. pernah marah kepada anaknya, Yazid. Kemudian ia mengutus utusan kepada Al-Ahnaf bin Qais untuk menanyakan pendapatnya tentang anak-anak itu.

Al-Ahnaf berkata:
Mereka adalah buah hati dan tulang punggung kita. Sedangkan kita adalah tanah hina bagi mereka dan langit yang memberikan naungan bagi mereka. Oleh karena itu, apabila mereka meminta, maka berilah, dan apabila mereka marah, maka ridailah mereka. Sebab, mereka itu memberikan kecintaan kepadamu, dan mempersembahkan jerih payah mereka, maka janganlah kamu memperberat mereka, sehingga mereka merasa jemu akan kehidupanmu dan mengharapkan kematianmu.

Dari dua nasihat di atas, hendaklah para orang tua dapat mengambil pelajaran dan teladan dalam bersikap lemah lembut terhadap anak-anak dan mengikuti cara paling bijak di dalam mendidik dan mengarahkan mereka."

Ayah bunda, kepada siapa kita merujuk, jika bukan pada kitab Allah dan sabda Rasulnya. Dan juga perilaku para sahabat Rasulullah.

Banyak metode mendidik anak, pilihlah yang sejalan dengan tuntunan agama.
Semoga menjadi sarana kita membentangkan jalan surga untuk anak-anak kita.

Dan marilah kita beristighfar atas semua keterlanjuran dalam mendidik anak yang tidak sesuai tuntunan.
atas kemarahan yang tidak pada tempatnya dan atas kelebihan kata yang menyakitkan hati ananda.

Dan marilah kita terus berdoa, memohon hidayah dan inayahNya, dalam mendidik putra-putri di jaman yang penuh fitnah ini.

Mohon maaf lahir dan batin.

๐ŸŒฟ๐Ÿพ๐ŸŒฟ๐Ÿพ๐ŸŒฟ

Serial wonderful parenting kali ini diranu dari buku Tarbiyatul Aulad fil Islam. Edisi terjemahan berjudul pendidikan anak dalam Islam. Karya ust Abdullah Nasih Ulwan.

By:@lailacahyadi.

Jogjakarta, 23 Febr 2017.


๐Ÿ’๐Ÿ’๐Ÿ’๐Ÿ’๐Ÿ’๐Ÿ’

0 komentar: