Sabtu, 25 Maret 2017

Kuliah Online Seputar Bayi (3)

3⃣ topik: dermatitis atopic

Penanya: Dessy Jakarta, Meri Class A, Nur Bogor, Esa Putri Jogja


Galih Linggar:
Bentuk kelainan kulit yang berkaitan dengan alergi pada umumnya adalah dermatitis atopic, urtikaria, dan angioedema.
Dermatitis atopic (disebut juga dengan eksem) adalah peradangan pada kulit yang bersifat kronis dan kambuh-kambuhan dengan gejala kulit kemerahan, dapat disertai benjolan kecil berisi air, yang terasa gatal dan menjadi krusta atau koreng setelah digaruk. Gejala muncul saat bayi berusia sekitar 8 minggu hingga 6 bulan, dapat menyembuh dengan bertambahnya usia tetapi dapat pula menetap hingga dewasa.
Bentuk dermatitis atopik ada 3, yaitu 1) bentuk infantile (bayi) terutama di daerah wajah (pipi) dan kaki dengan gambaran luka yang basah yang kemudian mengering menjadi koreng dan biasanya berlangsung hingga usia 2 tahun; 2) bentuk anak dengan gambaran kulit kering, luka yang cenderung kering di lutut, tangan, kaki; 3) bentuk dewasa yang terjadi pada usia sekitar 20 tahun dengan gambaran kulit bersisik di daerah lipatan, kulit, muka, leher, badan bagian atas, tangan, dan kaki. Tanda khas dermatitis atopic adalah “white dermatographism” yaitu goresan pada kulit menyebabkan kemerahan dalam waktu 10-15 detik yang kemudian menjadi garis putih dalam waktu 10-15 menit berikutnya, serta “reaksi vascular paradoksal” yaitu kulit cepat menjadi dingin dan lambat menjadi panas dengan stimulasi suhu dingin dibandingkan dengan orang normal.
Urtikaria adalah reaksi pada kulit yang ditandai dengan kulit yang menimbul, berbatas tegas, berwarna merah, lebih pucat pada bagian tengah, dan memucat bila ditekan, disertai rasa gatal. Urtikaria dapat berlangsung akut, menahun, atau berulang.
Angioedema adalah reaksi pada kulit seperti urtikaria yang mengenai jarigan subkutan (lebih dalam), tidak disertai rasa gatal namun biasanya disertai rasa nyeri atau terbakar.
Urtikaria dan angioedema dapat merupakan reaksi alergi maupun tidak.

Biang keringat dalam istilah medis disebut miliaria. Miliaria terjadi akibat sumbatan kelenjar keringat. Miliaria terjadi pada 40 persen bayi dan biasanya muncul selama bulan pertama kehidupan. Bentuk miliaria dibedakan menjadi miliaria crystallina dan miliaria rubra.
Miliaria crystallina berupa benjolan kecil 1-2mm, bening, berisi air, tanpa kmerahan di sekitarnya. Daerah yang paling sering di kepala, leher, dan badan. Setiap benjolan berkembang, kemudian pecah dan mengelupas.
Miliaria rubra, juga dikenal sebagai ruam panas merupakan bentuk lanjut dari sumbatan kelenjar keringat. Gambaran miliaria rubra berupa benjolan kemerahan kecil dan benjolan berisi air, yang biasanya terjadi pada area kulit yang tertutup. Kelainan ini akan membaik dengan menghindari panas, menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat, mandi pendinginan, dan penggunaan AC.


http://www.e-aair.org/Synapse/Data/PDFData/9999AAIR/aair-3-67.pdf
http://www.worldallergy.org/professional/allergic_diseases_center/allergic_march/
http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/4-3-3.pdf
http://www.med.or.jp/english/pdf/2002_11/460_465.pdf
http://www.aafp.org/afp/2008/0101/p47.html

0 komentar: